Hingga pertengahan abad, fungsionalisme menjadi teori yang dominan
dalam perspektif sosiologi. Teori fungsional menjadi karya Talcott
Parsons dan Robert Merton dibawah pengaruh tokoh – tokoh yang telah
dibahas diatas. Sebagai ahli teori yang paling mencolok di jamannya,
Talcott Parson menimbulkan kontroversi atas pendekatan fungsionalisme
yang ia gulirkan. Parson berhasil mempertahankan fungsionalisme hingga
lebih dari dua setengah abad sejak ia mempublikasikan The Structure of
Social Action pada tahun 1937. Dalam karyanya ini Parson membangun teori
sosiologinya melalui “analytical realism”, maksudnya adalah teori
sosiologi harus menggunakan konsep-konsep tertentu yang memadai dalam
melingkupi dunia luar. Konsep-consep ini tidak bertanggungjawab pada
fenomena konkrit, tapi kepada elemen-elemen di dallamnya yang secara
analitis dapat dipisahkan dari elemen-elemen lainnya. Oleh karenanya,
teori harus melibatkan perkembangan dari konsep-konsep yang diringkas
dari kenyataan empiric, tentunya dengan segala keanekaragaman dan
kebingungan-kebingungan yang menyertainya. Dengan cara ini, konsep akan
mengisolasi fenomena yang melekat erat pada hubungan kompleks yang
membangun realita sosial. Keunikan realism analitik Parson ini terletak
pada penekanan tentang bagaimana konsep abstrak ini dipakai dalam
analisis sosiologi. Sehingga yang di dapat adalah organisasi konsep
dalam bentuk sistem analisis yang mencakup persoalan dunia tanpa
terganggu oleh detail empiris.
Sistem tindakan diperkenalkan parson dengan skema AGILnya yang
terkenal. Parson meyakini bahwa terdapat empat karakteristik terjadinya
suatu tindakan, yakni Adaptation, Goal Atainment, Integration, Latency.
Sistem tindakan hanya akan bertahan jika memeninuhi empat criteria ini.
Dalam karya berikutnya , The Sociasl System, Parson melihat aktor
sebagai orientasi pada situasi dalam istilah motivasi dan nilai-nilai.
Terdapay berberapa macam motivasi, antara lain kognitif, chatectic, dan
evaluative. Terdapat juga nilai-nilai yang bertanggungjawab terhadap
sistem sosoial ini, antara lain nilai kognisi, apresiasi, dan moral.
Parson sendiri menyebutnya sebagai modes of orientation. Unit tindakan
olehkarenaya melibatkan motivasi dan orientasi nilai dan memiliki tujuan
umum sebagai konsekuensi kombinasi dari nilai dan motivasi-motivasi
tersebut terhadap seorang aktor.
Karya Parson dengan alat konseptual seperti empat sistem tindakan
mengarah pada tuduhan tentang teori strukturalnya yang tidak dapat
menjelaskan perubahan sosial. Pada tahun 1960, studi tentang evolusi
sosial menjadi jawaban atas kebuntuan Parson akan perubahan sosial dalam
bangunan teori strukturalnya. Akhir dari analisis ini adalah visi
metafisis yang besar oleh dunia yang telah menimpa eksistensi manusia.
Analisis parson merepresentasikan suatu usaha untuk mengkategorisasikan
dunia kedalam sistem, subsistem, persyaratan-persyaratan system,
generalisasi media dan pertukaran menggunakan media tersebut. Analisis
ini pada akhirnya lebih filosofis daripada sosiologis, yakni pada
lingkup visi meta teori. Pembahasan mengenai fungsionalisme Merton
diawali pemahaman bahwa pada awalnya Merton mengkritik beberapa aspek
ekstrem dan keteguhan dari structural fungsionalisme, yang mengantarkan
Merton sebagai pendorong fungsionalisme kearah marxisme. Hal ini berbeda
dari sang guru, Talcott Parson mengemukakan bahwa teorisi structural
fungsional sangatlah penting.Parson mendukung terciptanya teori yang
besar dan mencakup seluruhnya sedangkan parson lebih terbatas dan
menengah.
Seperti penjelasan singkat sebelumnya, Merton mengkritik apa yang
dilihatnya sebagai tiga postulat dasar analisis fungsional( hal ini pula
seperti yang pernah dikembangkan oleh Malinowski dan Radcliffe brown.
Adapun beberapa postulat tersebut antara lain:
- Kesatuan fungsi masyarakat , seluruh kepercayaan dan praktik sosial budaya standard bersifat fungsional bagi masyarakat secara keseluruhan maupun bagi individu dalam masyarakat, hal ini berarti sistem sosial yang ada pasti menunjukan tingginya level integrasi. Dari sini Merton berpendapat bahwa, hal ini tidak hanya berlaku pada masyarakat kecil tetapi generalisasi pada masyarakat yang lebih besar.
- Fungsionalisme universal , seluruh bentuk dan stuktur sosial memiliki fungsi positif. Hal ini di tentang oleh Merton, bahwa dalam dunia nyata tidak seluruh struktur , adat istiadat, gagasan dan keyakinan, serta sebagainya memiliki fungsi positif. Dicontohkan pula dengan stuktur sosial dengan adat istiadat yang mengatur individu bertingkah laku kadang-kadang membuat individu tersebut depresi hingga bunuh diri. Postulat structural fungsional menjadi bertentangan.
- Indispensability, aspek standard masyarakat tidak hany amemiliki fungsi positif namun juga merespresentasikan bagian bagian yang tidak terpisahkan dari keseluruhan. Hal ini berarti fungsi secara fungsional diperlukan oleh masyarakat. Dalam hal ini pertentangn Merton pun sama dengan parson bahwaada berbagai alternative structural dan fungsional yang ada di dalam masyarakat yang tidak dapat dihindari.
Argumentasi Merton dijelaskan kembali bahwa seluruh postulat yang
dijabarakan tersebut berstandar pada pernyataan non empiris yang
didasarakan sistem teoritik. Merton mengungkap bahwa seharusnya postulat
yang ada didasarkan empiric bukan teoritika. Sudut pandangan Merton
bahwa analsisi structural fungsional memusatkan pada organisasi,
kelompok, masyarakat dan kebudayaan, objek-objek yang dibedah dari
structural fungsional harsuslah terpola dan berlang, merespresentasikan
unsure standard.
Awalnya aliran fungsionalis membatasi dirinya dalam mengkaji
makamirakat secara keseluruhan, namun Merton menjelaskan bahwa dapat
juga diterapkan pada organisasi, institusi dan kelompok. Dalam
penjelasan ini Merton memberikan pemikiran tentang the middle range
theory. Merton mengemukakan bahwa para ahli sosiologi harus lebih maju
lagi dalam peningkatan kedisiplinan dengan mengembangkan “teori-teori
taraf menengah” daripada teori-teori besar. Teori taraf menengah itu
didefinisikan oleh Merton sebagai : Teori yang terletak di antara
hipotesa kerja yang kecil tetapi perlu, yang berkembang semakin besar
selama penelitian dari hari ke hari, dan usaha yang mencakup semuanya
mengembangkan uato teori terpadu yang akan menjelaskan semua keseragaman
yang diamati dalam perilaku social. Teori taraf menengah pada
prinsipnya digunakan dalam sosiologi untuk membimbing penelitian
empiris. Dia merupakan jembatan penghubung teori umum mengenai istem
social yang terlalu jauh dari kelompok-kelompok perilaku tertentu,
organisasi, ddan perubahan untuk mempertanggungjawabkan apa yang
diamati, dan gambaran terinci secara teratur mengenai hal-hal tertentu
yang tidak di generaliasi sama sekali. Teori sosiologi merupakan
kerangka proposisi yang saling terhubung secara logis dimana kesatuan
empiris bisa diperoleh.
The middle range theory adalah teori-teori yang terletak pada minor
tetapi hipotesis kerja mengembangkan penelitian sehari-hari yang
menyeluruh dan keseluruhan upaya sistematis yang inklusif untuk
mengembangkan teori yang utuh. The middle range theory Merton ini
memiliki berbagai pemahaman bahwa secara prinsip digunakan untuk panduan
temuan-temuan empiris, merupakan lanjutan dari teori system social yang
terlalu jauh dari penggolongan khusus perilaku social, organisasi, dan
perubahan untuk mencatat apa yang di observasi dan di deskripsikan,
meliputi abstraksi, tetapi ia cukup jelas dengan data yang terobservasi
untuk digabungkan dengan proposisi yang memungkinkan tes empiris dan
muncul dari ide yang sangat sederhana. Dalam hal ini Merton seakan
melakukan tarik dan menyambung, artinya apa yang dia kritik terhadap
fungsionalis merupakan jalan yang dia tempuh untuk menyambung apa yang
dia pikirkan. Atau dianalogikan, Merton mengambil bangunan teori
kemudian di benturkan setelah itu dia perbaiki lagi dengan konseptual
yang menurut kami sangat menarik.
Para stuktural fungsional pada awalnya memustakan pada fungsi dalam
struktru dan institusi dalam amsyarakat. Bagi Merton hal ini tidaklah
demikian, karrena dalam menganalis hal itu , para fungsionalis awal
cenderung mencampur adukna motif subjektif individu dengan fungsi
stuktur atau institusi. Analisis fungsi bukan motif individu. Merton
sendiri mendefinisikan fungsi sebagai konsekuensi-konsekuensi yang
didasari dan yang menciptakan adaptasi atau penyesuian, karena selalu
ada konsekuensi positif. Tetapi , Merton menambahkan konsekuensi dalam
fakta sosial yang ada tidaklah positif tetapi ada negatifnya. Dari sini
Merton mengembangkan gagasan akan disfungsi. Ketika struktur dan fungsi
dpat memberikan kontribusi pada terpeliharanya sistem sosial tetapi
dapat mengandung konsekuensi negative pada bagian lain.Hal ini dapat
dicontohkan, struktur masyarakat patriarki c memberkan kontribusi
positif bagi kaum laki-laki untuk memegang wewenang dalam keputusan
kemasyarakatan, tetapi hal ini mengandung konsekuensi negative bagi kaum
perempuan karena aspirasi mereka dalam keputusan terbatas. Gagasan non
fungsi pun , dilontarkan oleh Merton. Merton mengemukakan nonfungsi
sebagai konsekuensi tidak relevan bagi sistem tersebut. Dapatkonsekuensi
positif dimasa lalu tapi tidak dimasa sekarang.Tidaklah dapat
ditentukan manakah yang lebih penting fungsi-fungsi positif atau
disfungsi. Untuk itu Merton menambahkan gagasan melalui keseimbangan
mapan dan level analisis fungsional.
Dalam penjelasan lebih lanjut , Merton mengemukakan mengenai fungsi
manifest dan fungsi laten.Fungsi manifest adalah fungsi yang
dikehendaki, laten adalah yang tidak dikehendaki.Maka dalam stuktur yang
ada, hal-hal yang tidak relevan juga disfungso laten dipenagruhi secara
fungsional dan disfungsional. Merton menunjukan bahwa suatu struktur
disfungsional akan selalu ada. Dalam teori ini Merton dikritik oleh
Colim Campbell, bahwa pembedaan yang dilakukan Merton dalam fungsi
manifest dan laten , menunjukan penjelasan Merton yang begitu kabur
dengan berbagari cara. Hal ini Merton tidak secara tepat
mengintegrasikan teori tindakan dengan fungsionalisme. Hal ini
berimplikasi pada ketidakpasan antara intersionalitas dengan
fungsionalisme structural. Kami rasa dalam hal ini pun Merton terlalu
naïf dalam mengedepankan idealismenya tentang struktur dan dengan
beraninya dia mengemukakan dia beraliran fungsionalis, tapi dia pun
mengkritik akar pemikiran yang mendahuluinya. Tetapi, lebih jauh dari
itu konsepnya mengenai fungsi manifest dan laten telah membuka kekauan
bahwa fungsi selalu berada dalam daftar menu struktur. Merton pun
mengungkap bahwa tidak semua struktur sosial tidak dapat diubah oleh
sistem sosial. Tetapi beberapa sistem sosial dapat dihapuskan. Dengan
mengakui bahwa struktur sosia dapat membuka jalan bagi perubahan sosial.
Analisi Merton tentang hubungan antara kebudayaan, struktur, dan
anomi. Budaya didefinisikan sebagai rangkaian nilai normative teratur
yang mengendalikan perilaku yang sama untuk seluruh anggota masyarakat.
Stuktur sosial didefinisikans ebagai serangkaian hubungan sosial teratur
dan memeprnagaruhi anggota masyarakat atau kelompok tertentu dengan
cara lain. Anomi terjadi jika ketika terdapat disjungsi ketat antara
norma-norma dan tujuan cultural yang terstruktur secara sosial dengan
anggota kelompok untuk bertindak menurut norma dan tujuan tersebut.
Posisi mereka dalam struktur makamirakat beberapa orang tidak mampu
bertindakm menurut norma-norma normative . kebudayaan menghendaki adanya
beberapa jenis perilaku yang dicegah oleh struktur sosial. Merton
menghubungkan anomi dengan penyimpangan dan dengan demikian disjungsi
antara kebudayan dnegan struktur akan melahirkan konsekuensi
disfungsional yakni penyimpangan dalam masyarakat. Anomi Merton memang
sikap kirits tentang stratifikasi sosial, hal ini mengindikasikan bahwa
teori structural fungsionalisme ini aharus lebih kritis dengan
stratifikasi sosialnya. Bahwa sturktur makamirakat yangselalu
berstratifikasi dan masing-masing memiliki fungsi yang selama ini
diyakini para fungsionalis, menurut dapat mengindikasikan disfungsi dan
anomi. Dalam hal ini kami setuju dengan Merton,dalam sensory experiences
yang pernah kami dapatkan, dimana ada keteraturan maka harus siap deng
ketidakteraturan, dalam struktur yang teratur, kedinamisan terus
berjalan tidak pada status di dalamnya tapi kaitan dalama peran. Anomi
atau disfungsi cenderung hadir dipahami ketika peran dalam struktu
berdasarkan status tidak dijalankan akibat berbagai factor. Apapun
alasannya anomi dalam struktur apalagi yang kaku akan cenderung lebih
besar. Dari sini, Merton tidak berhenti dengan deskripsi tentang
struktur , akan tetapi terus membawa kepribadian sebagai produk
organisasi struktur tersebut. Pengaruh lembaga atau struktur terhadap
perilaku seseorang adalah merupakan tema yang merasuk ke dalam karya
Merton, lalu tema ini selalu diilustrasikan oleh Merton yaitu the Self
Fullfilling Prophecy serta dalam buku Sosial structure And Anomie.
Disini Merton berusaha menunjukkan bagaimana struktur sosial memberikan
tekanan yang jelas pada orang-orang tertentu yang ada dalam masyarakat
sehingga mereka lebih , menunjukkan kelakuan non konformis ketimbang
konformis. Menurut Merton, anomie tidak akan muncul sejauh masyarakkat
menyediakan sarana kelembagaan untuk mencapai tujuan-tujuan kultur
tersebut.
Dari berbagai penajabaran yang ada Pemahaman Merton membawa pada
tantangan untuk mengkonfirmasi segala pemikiran yang telah ada. Hal ini
terbukti dengan munculnya fungsionalisme gaya baru yang lebih jauh
berbeda dengan apa yang pemikiran Merton. Inilah bukti kedinamisan ilmu
pengetahuan, tak pelak dalam struktural fungsionalisme.
No comments:
Post a Comment