Penetasan yang dimaksudkan dalam artikel
ini adalah proses penetasan yang besar pada usaha pembibitan itik
maupun ayam. Hal ini disebabkan untuk sekali proses produksi bibit final
stock paling sedikit 1.000 ekor. Adapun tata laksana proses penetasan
adalah seperti berikut :
A. Penanganan Telur Tetas
Setelah telur tetas tiba di penetasan,
telur-telur tersebut diseleksi kembali berdasarkan beratnya. Hal ini
dilakukan terutama bila penanggung jawab penetasan dan peternakan
(sumber telur tetas) berlainan. Tujuan seleksi telur adalah untuk
mendapatkan bibit itik maupun ayam sesuai yang diharapkan. Dari tabel di
bawah ini, dapat diketahui pengaruh berat telur terhadap berat awal
anak ayam umur sehari yang ditetaskan dalam kondisi mesin tetas yang
baik.
Tabel 1. Pengaruh Berat Telur Terhadap Berat DOC
Selain itu, dapat pula digunakan standar seperti berikut :
Berat anak ayam umur sehari (gram) = (2/3 x berat telur) ± 1 gram
(euribrid, form egg to chicken)
Berat anak ayam umur sehari (gram) = (2/3 x berat telur) ± 1 gram
(euribrid, form egg to chicken)
Setelah dilakukan seleksi ulang terhadap
berat telur, kebersihan telur dan kondisi kulit telur, kemudian
telur-telur ini difumigasi dengan kekuatan triple (120 cc formalin dan
60 gram KMn04) untuk ruangan 2.83 m3. Selanjutnya telur-telur ini
dimasukan ke ruang pendingin sambil menunggu waktu untuk dimasukan ke
dalam mesin setter (inkubator). Agar supaya telur tidak terkontaminasi
lagi oleh bibit penyakit, letak ruang fumigasi sebaiknya langsung satu
pintu dengan ruang pendingin (cold storage). Untuk telur tetas yang
membutuhkan penyimpanan beberapa hari, ruang pendingin harus memiliki
suhu atau temperatur ruang kurang dari 15°C dengan kelembapan 70 – 80 %.
Sebaiknya lama penyimpanan telur tidak lebih dari 1 minggu sebab
penyimpanan yang terlalu lama akan sangat berpengaruh negatif terhadap
daya tetas serta bertambahnya waktu yang dibutuhkan untuk menetas.
Pengaruh tersebut dapat dilihat pada tabel berikut :
Tabel 2. Pengaruh Lama Penyimpanan Telur Terhadap Daya Tetas serta Keterlambatan Penetasan
B. Penataan Ruang di Penetasan
Untuk mendapatkan efisiensi yang tinggi
serta untuk mendapatkan sanitasi yang baik, maka penempatan ruang di
penetasan menggunakan sistem one way system (telur berjalan satu jalur).
Pada sistem ini, arah angin dapat diatur sedemikian rupa sehingga akan
mengalir dari bagian yang bersih ke arah bagian yang kotor.
1. Ruang Fumigasi
Telur tetas yang telah tiba dari peternakan, langsung dimasukan ke ruang fumigasi, selanjutnya telur difumigasi dengan kekuatan 3 kali. Petugas yang membawa telur tetas dari peternakan hanya boleh memasukan telur sampai pintu bangunan penetasan dan tidak boleh masuk ke dalam ruang penetasan.
Telur tetas yang telah tiba dari peternakan, langsung dimasukan ke ruang fumigasi, selanjutnya telur difumigasi dengan kekuatan 3 kali. Petugas yang membawa telur tetas dari peternakan hanya boleh memasukan telur sampai pintu bangunan penetasan dan tidak boleh masuk ke dalam ruang penetasan.
2. Ruang Penerimaan Telur (Ruang Sanitasi)
Setelah telur difumigasi, telur dipindahkan ke ruang penerimaan atau ruang seleksi telur. Di ruang ini, telu-telur diseleksi ulang berdasarkan :
Setelah telur difumigasi, telur dipindahkan ke ruang penerimaan atau ruang seleksi telur. Di ruang ini, telu-telur diseleksi ulang berdasarkan :
- Keutuhan kulit telur (yang retak di keluarkan)
- Berat telur berdasarkan berat bibit yang dikehendaki
- Tingkat kebersihan kulit telur
- Bentuk telur (normal atau oval dan tidak terlalu memanjang) dan
- Keadaan kulit telur (halus dan tidak banyak totol-totol)
Selain dilakukan seleksi ulang, telur
tetas juga dipindahkan dari tray yang digunakan dari peternakan (asal
telur) ke tray khusus yang akan digunakan dalam penetasan (mesin
setter).
3. Ruang Penyimpanan Telur Tetas
Untuk telur-telur yang tidak langsung
dimasukan ke setter (inkubator), karena menunggu hingga jumlah telur
terpenuhi ataupun karena menunggu jadwal yang ditetapkan maka
telur-telur ini dimasukan ke dalam ruang penyimpanan. Telur-telur
tersebut diletakan pada rak dan diberi tanggal. Telur yang masuk ke
ruang penyimpanan terlebih dahulu, harus dikeluarkan lebih dahulu
pula.Umumnya, lama penyimpanan telur sebelum masuk ke mesin setter
adalah 4 hari.
Suhu dalam ruang penyimpanan sebaiknya
diatur pada 15ºC dengan kelembapan 70 – 80 %. Ruang penyimpanan ini
harus tidak memiliki jendela, dinding dan daun pintunya harus dilapisi
bahan yang tidak mudah lapuk dan berjamur bila terkena air. Petugas
untuk ruang penyimpanan sebaiknya tersendiri serta dapat merangkap tugas
memasukan telur ke inkubator. Untuk memudahkan petugas, sebaiknya pintu
yang berhubungan degan ruang seleksi digembok dari sebelah dalam,
sedangkan pintu yang ke arah ruang pre heating diberi kunci.
4. Ruang Pre Heating
Kurang lebih 6 jam sebelum dimasukan ke dalam inkubator, telur tetas sebaiknya dikeluarkan dari ruang penyimpanan kemudian dibawa ke ruangan yang bersuhu 22ºC (72ºF). Ruang ini sebaiknya berada langsung di ruangan mesin penetas. Manfaat penempatan telur di ruangan ini adalah agar suhu telur dapat berangsur-angsur naik sehingga bila dimasukan ke inkubator tidak menyebabkan turunnya suhu mesin tetas terlalu lama. Bila hal ini terjadi, maka telur yang terlebih dahulu berada dalam inkubator akan mengalami kegagalan menetas.
Kurang lebih 6 jam sebelum dimasukan ke dalam inkubator, telur tetas sebaiknya dikeluarkan dari ruang penyimpanan kemudian dibawa ke ruangan yang bersuhu 22ºC (72ºF). Ruang ini sebaiknya berada langsung di ruangan mesin penetas. Manfaat penempatan telur di ruangan ini adalah agar suhu telur dapat berangsur-angsur naik sehingga bila dimasukan ke inkubator tidak menyebabkan turunnya suhu mesin tetas terlalu lama. Bila hal ini terjadi, maka telur yang terlebih dahulu berada dalam inkubator akan mengalami kegagalan menetas.
5. Ruang Mesin Penetas
Pada ruang inilah mesin penetas diletakan baik mesin setter (inkubator) maupun mesin hatcher. Letak mesin setter dan hatcher sebaiknya berpasangan (berhadapan). Agar sanitasi ruang terjaga, di antara ruang kedua mesin tersebut dipisahkan oleh dinding setinggi atap.
Pada ruang inilah mesin penetas diletakan baik mesin setter (inkubator) maupun mesin hatcher. Letak mesin setter dan hatcher sebaiknya berpasangan (berhadapan). Agar sanitasi ruang terjaga, di antara ruang kedua mesin tersebut dipisahkan oleh dinding setinggi atap.
Pada dinding pemisah antar mesin tersebut
dibuat pintu sorong yang dapat ditutup dan dibuka selebar kereta dorong
inkubator. Pintu ini bertujuan untuk memudahkan pemindahan telur dari
setter ke hatcher. Pada ruang hatcher diletakan pula meja-meja untuk
candling (peropongan telur dan pengeluaran telur yang tidak fertil).
Untuk memudahkan peneropongan, selain digunakan bola lampu yang kuat
pada jendela kaca hatcher ditutup dengan kain tirai hitam yang dapat
dibuka lagi setelah peropongan selesai.
Lantai untuk ruangan setter dan hatcher
sebaiknya dibuat dari bahan yang tidak mudah menyerap air agar
fluktuasi kelembapan di dalam mesin setter dan hatcher tidak terjadi.
Untuk kebutuhan ini, laintai dapat dibuat dari bahan keramik. Pada mesin
tetas yang besar, biasanya lantainya adalah lantai gedung tersebut,
sedangkan dinding dan atap unit dibuat oleh pabrik pembuat mesin tetas.
Besarnya ruang setter dan hatcher tergantung pada banyaknya dan besarnya
unit mesin tetas. Banyaknya mesin tetas yang dimiliki tergantung pada
jumlah telur tetas yang akan ditetaskan. Di depan mesin setter dan
hatcher darus dibuatkan saluran air tertutup sehingga air kotoran bisa
mengalir pada waktu mencuci mesin setter maupun hatcher.
Suhu yang optimum untuk ruangan ini
adalah 22ºC dengan kelembapan 50 – 60 %. Untuk memudahkan pekerjaan
sebaiknya di depan setter dan hatcher harus ada jarak 3m antara dinding
pemisah dan mesin bagian depan. Jarak ini berguna untuk sirkulasi udara.
Selai itu, antara dinding mesin tetas bagian belakang dengan dinding
bangunan juga harus diberi jarak sekitar 60cm. Untuk membersihkan atap
mesin, antara atap mesin tetas dengan atap bangunan perlu diberi jarak
2.5m. Untuk kapasita 1000 telur tetas, kecepatan aliran udara pada ruang
inkubator sebaiknya 57 m³ per jam sedangkan pada ruang mesin hatcher
370m³ per jam.
6.Ruang Penanganan Bibit
Pada ruang ini dilakukan aktivitas seleksi final stock,pemotongan paruh (untuk DOC), vaksinasi, packing (pengemasan) bibit ke dalam boks dan penyimpanan sementara. Di ruangan ini, ventilasi harus diperhatikan. Temperatur optimum di ruangan ini adalah 22ºC dengan kelembapan sekitar 60%.
Pada ruang ini dilakukan aktivitas seleksi final stock,pemotongan paruh (untuk DOC), vaksinasi, packing (pengemasan) bibit ke dalam boks dan penyimpanan sementara. Di ruangan ini, ventilasi harus diperhatikan. Temperatur optimum di ruangan ini adalah 22ºC dengan kelembapan sekitar 60%.
7. Ruang Pencucian
Setelah telur menetas atau setelah transfer telur dari setter ke hatcher, banyak rak-rak dan tray bekas telur yang kotor dan harus dibersihkan. Selain dibersihkan dengan deterjen, penggunaan desinfektan sesudah barang-barang dicuci bersih sangatlah dianjurkan. Pencucian harus dilakukan dengan bersih agar tidak berakibat menurunnya daya tetas dan kesehatan bibit yang akan ditetaskan pada periode berikutnya.
Setelah telur menetas atau setelah transfer telur dari setter ke hatcher, banyak rak-rak dan tray bekas telur yang kotor dan harus dibersihkan. Selain dibersihkan dengan deterjen, penggunaan desinfektan sesudah barang-barang dicuci bersih sangatlah dianjurkan. Pencucian harus dilakukan dengan bersih agar tidak berakibat menurunnya daya tetas dan kesehatan bibit yang akan ditetaskan pada periode berikutnya.
8. Ruang Penyimpanan Material
Ruang ini selain sebagai tempat penyimpanan boks yang belum dirakit, juga digunakan untuk menyimpan suku cadang mesin tetas.
9. Ruang Administrasi Penetasan
Penetasan yang besar memerlukan ruangan
khusus untuk bagian adaministrasi yang meliputi pencatatan telur, final
stock, dan baran-barang lainnya yang keluar-masuk serta untuk pengawas
atau pimpinan penetasan.
10. Ruang Karyawan
Untuk menjaga sanitasi ruang penetasan,
karyawan penetasan dilarang keluar masuk penetasan secara sembarangan
pada sembarang waktu. Untuk itu ruang penetasan perlu dilengkapi dengan
ruang makan, kamar kecil serta ruang istirahat.
Tabel. 3 Kebutuhan Luas Lantai Minimum Pada Ruang Penetasan
Dari beberapa jenis mesin setter dan
hatcher dengan kapasitas tertentu (Tabel.4), calon pemilik penetasan
dapat memperhitungkan ukuran ruangan yang harus dipersiapkan untuk
menempatkan mesin tetasnya (beserta pengembangannya di kemudian hari
sesuai dengan izin produksi yang dimilikinya).
Skema tata letak ruang penetasan dengan prinsip aliran udara dari tempat bersih mengalir ke tempat kotor
C. Pertumbuahan Embrio
Pertumbuhan embrio ayam sesudah memasuki mesin tetas dapat digolongkan menjadi tiga periode :
Pertumbuhan embrio ayam sesudah memasuki mesin tetas dapat digolongkan menjadi tiga periode :
Periode I
Pertumbuhan organ-organ dalam (umur 1-5 hari )
- Hari ke-1 : Pembesara embrio
- Hari ke-2 : Jantung mulai berdenyut, pembuluh darah mulai tampak, cairan amnion mulai tumbuh dengan fungsinya menjaga calon embrrio dari goncangan, penguapan dan kehancuran.
- Hari ke-3 : Paruh, kaki, sayap mulai terbentuk. Begitu pula allantois yang berfungsi untuk proses dan pengeluaran sisa-sisa metabolisme dari embrio
- Hari ke-4 : Calon lidah mulai terbentuk
- Hari ke-5 : Organ-organ reproduksi mulai dibentuk
Periode II
Pertumbuhan Jaringan luar
Pertumbuhan Jaringan luar
- Hari ke-6 : Paruh mulai tumbuh
- Hari ke-8 : Bulu mulai tumbuh
- Hari ke-10 : Paruh mulai mengeras
- Hari ke-13 : Kaki mulai tumbuh dan ukuran allantois mencapai maksimum
- Hari ke-14 : Anggota tubuh embrio ayam telah lengkap
Periode III
Pertumbuhan Embrio
Pertumbuhan Embrio
- Hari ke-15 : Kaki dan cakar mulai mengeras. Mulai umur 15-19 hari, usus mulai ada dan leher mulai mengarah ke depan
- Hari ke-16 : Allantois lengkap menghilang
- Hari ke-17 : Paruh menghadap ke ruang udara, cairan amnion mulai menghilang dan habis pada hari ke-19.
- Hari ke-19 : Kuning telur masuk ke dalam perut embrio dan ruang udara dipecah oleh embrio dengan paruhnya.
- Hari ke-20 : Kuning telur masuk semua kedalam perut embrio memenuhi seluruh telur, termasuk bagian ruang udara dan kulit telur menjadi retak.
- Hari ke-21 : Anak ayam menetas
Gambar : Perkembangan embrio di dalam telur sejak telur dimasukkan ke dalam mesin tetas sampai dengan menetas
Dari berat telur kurang lebih 60 gram,
perkembangan berat embrio mulai dari telur dimasukan ke mesin tetas
sampai dengan hari ke-21 sebagai berikut :
- Hari ke-5 : kurang lebih 0.5g
- Hari ke-10 : kurang lebih 3g
- Hari ke-15 : kurang lebih 12g
- Hari ke-18 : kurang lebih 20g
- Hari ke-21 : kurang lebih 40g
D. Penanganan Telur di Mesin Tetas dan Proses Penetasan
Faktor-faktor yang dapat mempengaruhi
kesuksesan penetasan pada mesin tetas adalah temperatur, kelembapan,
sirkulasi udara dan pemutaran telur.
1. Temperatur
Temperatur mesin setter/hatcher, selama
anak ayam (umur 1 – 18 hari) berada di mesin tetas adalah 37,6ºC.
Temperatur ruang mesin setter maupun hacther harus konstan dan dicek
setiap jam. Suhu yang berfluktuasi akan menyebabkan kegagalan dalam
proses penetasan. Kegagalan ini ditandai dengan banyaknya telur tetas
yang tidak menetas. Kalaupun menetas, bulu final stock itu lengket oleh
cairan omnium. Selain dapat menyebabkan banyaknya telur yang tidak
menetas, temperatur yang terlalu tinggi ataupun terlalu rendah juga
dapat mempengaruhi lamanya waktu tetas.
Tabel : 4. Pengaruh Suhu Terhadap Daya Tetas Telur Ayam
Dua masa paling kritis pada kehidupan
embrio yang sedang ditetaskan terjadi pada umur 2 – 4 hari (24 – 96 jam)
pertama dan pada 3 hari terakhir (pada saat final stock berusah memecah
kulit telur). Oleh karena itu, waktu untuk peneropongan telur yang
infertil (candling) dan transfer telur dari setter ke hatcher (saat
telur berada di luas mesin tetas) yang dilakukan pada 3 hari terakhir,
sebaiknya tidak lebih dari 30 menit. Selain itu, fumigasi di
inkubator/setter sebaiknya tidak dilakukan pada hari ke-2 (24 jam
pertama) hingga pada hari ke-4 (96 jam) dari saat telur dimasukan ke
mesin tetas. Untuk mendapatkan hasil tetas yang tinggi, transfer telur
dari setter ke hatcher dilakukan pada saat 5% telur tetas mulai retak.
Tabel 5. Hubungan Temperatur Dan Waktu Yang Dibutuhkan Telur Untuk Menetas
Suhu di dalam mesin setter dijaga agar
selalu konstan. Untuk itu digunakan peralatan yang terdapat di dalam
mesin tetas. Cara settingnya pun diatur sehingga kapasitas satu mesin
tetas tidak dipenuhi sekaligus melainkan hanya 1/3 bagian pada setiap
minggu. Hal ini berkaitan dengan pengeluaran dan penyerapan panas (telur
yang berumur 4 hari atau lebih akan mengeluarkan panas sedangkan telur
kurang dari 4 hari akan menyerap panas).
2. Kelembapan
Kelembapan di inkubator 52 – 55 % (setara
dengan 28,9ºC – 29.4ºC pada bola basah thermometer), sedangkan
kelembapan pada hatcher mula-mula 52 – 55%. Apabila 1/3 dari jumlah
telur di dalam mesin hacther telah retak, maka kelembapan dinaikan
menjadi 70 – 75% (32.8ºC – 33.3ºC pada bola basah thermometer). Untuk
mendapatkan data kelembapan di dalam mesin setter maupun hatcher, maka
setiap saat kain kaos yang terdapat pada bola basah termometer harus
dibersihkan. Agar kain kaos tidak mengeras karena kalsium, maka untuk
mengecek termometer bola basah dipakai air murni atau air destilasi.
Untuk itu, dapat dipakai air hujan atau aquadest supaya tidak terjadi
gangguan kelembapan pada hatchery. Gangguan kelembapan ini dapat
menyebabkan kegagalan pembukaan pintu hatcher pada saat telur mulai
pecah kulit dan final stock mulai mengumpul.
3. Sirkulasi Ventilasi Udara Dengan Kipas Angin
Fungsi sirkulasi ventilasi udara pada mesin tetas adalah :
- Mengirim oksigen ke dalam mesin tetas
- Membuang atau mengalirkan CO2 ke luar mesin tetas sehingga kadarnya di dalam mesin tetas tidak lebih dari 0.5%. dan
- Mendistribusikan panas secara merata.
Sirkulasi udara di dalam mesin setter dan stage pemasukan trolley
4. Pemutaran Telur
Selama telur tetas berada di dalam mesin setter atau inkubator, telur tetas harus diputar 90 derajat setiap jam untuk menjaga agar embrio tidak menempel pada salah satu sisi kulit telur. Arah pemutaran telur untuk semua rak yang ada di dalam mesin inkubator harus searah. Hal ini terutama penting untuk sirkulasi udara dari panas.
Selama telur tetas berada di dalam mesin setter atau inkubator, telur tetas harus diputar 90 derajat setiap jam untuk menjaga agar embrio tidak menempel pada salah satu sisi kulit telur. Arah pemutaran telur untuk semua rak yang ada di dalam mesin inkubator harus searah. Hal ini terutama penting untuk sirkulasi udara dari panas.
Pada mesin tetas buatan yang modern
(memakai sistem digital), pengaturan temperatur, kelembapan, pemutaran
telur dan sirkulasi udara tidak perlu dicek terus menerus dengan membuka
pintu mesin tetapi cukup dengan melihat catatan yang dibuat secara
otomatis pada panel kontrol mesin tetas.
E. Sanitasi di dalam Mesin Tetas
Sanitasi di dalam mesin tetas sangatlah penting. Sanitasi ini sangatlah berpengaruh terhadap daya tetas dan kualitas DOC maupun DOD. Selain kebersihan mesin tetas dijaga dengan cara mencuci bersih hatcher dan setter yang kosong, maka perlu juga dilakukan fumigasi di dalam mesin tetas.
Sanitasi di dalam mesin tetas sangatlah penting. Sanitasi ini sangatlah berpengaruh terhadap daya tetas dan kualitas DOC maupun DOD. Selain kebersihan mesin tetas dijaga dengan cara mencuci bersih hatcher dan setter yang kosong, maka perlu juga dilakukan fumigasi di dalam mesin tetas.
Tabel 6. Fumigasi Di Dalam Mesin Tetas
F. Kegagalan Menetas dan Kemungkinan Penyebabnya
lihat……..disini
G. Pencatatan Data di Penetasan
Di penetasan, selain dicatat data-data
yang menunjang produksi seperti temperatur, kelembapan dan pemutaran
telur, juga perlu dicatat masukan yang dihabiskan serta pengeluaran yang
dihasilkan oleh penetasan tersebut.
Contoh Catatan Untuk Mesin Tetas
Contoh Catatan Produksi
Demikianlah Tata Laksana Penetasan, besar
harapan kiranya artikel ini dapat membantu para peternak pembibitan
unggas lebih khusus pembibitan itik/ayam untuk lebih memahami proses
penetasan yang lebih baik.
Sumber: Sudaryani Titik,Ir,Santosa Hari,Ir,Pembibitan Ayam Ras,Jakarta, Penebar Swadaya,2002
Terimakasi prof.ilmunya.
ReplyDelete