Tamponade jantung adalah sindrom klinik dimana terjadi penekanan yang
cepat atau lambat terhadap jantung akibat akumulasi cairan, nanah,
darah, bekuan darah, atau gas di perikardium, sebagai akibat adanya
efusi, trauma, atau ruptur jantung (Spodick, 2003). Tamponade jantung
selalu merupakan life threatening dan hampir selalu membutuhkan intervensi terapi yang tepat dan cepat (Spodick, 1998).
Insidens tamponade jantung di Amerika Serikat adalah 2 kasus per
10.000 populasi. Lebih sering pada anak laki-laki (7:3) sedangkan pada
dewasa tidak ada perbedaan bermakna (laki-laki:perempuan – 1,25:1).
Morbiditas dan mortalitas sangat tergantung dari kecepatan diagnosis,
penatalaksanaan yang tepat dan penyebab (Munthe, 2011).
Tamponade jantung terjadi bila rongga perikardial terisi dengan
cairan dalam waktu yang lebih cepat daripada kemampuan kantong
perikardial untuk meregang. Apabila jumlah cairan meningkat secara pelan
(contohnya pada hipotiroidisme), kantong perikardial dapat melebar dan
berisi satu liter cairan atau lebih sebelum terjadinya tamponade.
Apabila jumlah cairan meningkat secara cepat (contohnya pada trauma atau
ruptur miokardial), jumlah cairan sebanyak 100 mL dapat menyebabkan
tamponade (Spodick, 2003).
Tamponade jantung dapat terjadi karena aortic aneurysm dissection, kanker paru end-stage, miokard infark akut, pembedahan jantung, perikarditis yang disebabkan infeksi bakteri atau virus, dan wound to the heart.
Sebab lain yang potensial menyebabkan tamponade jantung meliputi tumor
jantung, hipotiroidisme, gagal ginjal, terapi radiasi di dada, prosedur
invasif pada jantung, open heart surgery, dan systemic lupus erythematosus (Taufan, 2009).
Diagnosis tamponade jantung dapat ditegakkan dengan Beck’s triad dan temuan klinis lainnya. Beck’s triad meliputi
hipotensi, suara jantung menjauh, peningkatan tekanan vena sentral.
Temuan klinis lain meliputi tanda Kussmaul (peningkatan inspirasi atau
turunnya JVP), oligouria, takikardi, takipneu, pulsus paradoxus,
kompleks EKG yang low-voltage, dan ECG electrical alternans. Pada rontgen dada, tampak bayangan jantung yang membesar dengan gambaran paru yang bersih (Seal, Shane KF, 2003).
Tamponade jantung adalah kondisi darurat yang membutuhkan hospitalisasi. Cairan di sekitar jantung harus dialirkan. Pericardiocentesis
adalah prosedur yang menggunakan jarum untuk memindahkan cairan dari
kantong perikardial. Prosedur untuk memotong dan memindahkan bagian dari
perikardium (surgical pericardiectomy atau pericardial window)
juga bisa dilakukan. Cairan diberikan untuk menjaga tekanan darah
normal sampai pericardiocentesis dapat dilakukan. Obat-obat yang
meningkatkan tekanan darah juga dapat membantu menjaga kelangsungan
hidup pasien sampai cairan dapat dialirkan. Pasien juga diberikan
oksigen. Pemberian oksigen mengurangi beban kerja jantung dengan
mengurangi kebutuhan aliran darah di jaringan. Sebab dari tamponade
jantung harus diidentifikasi dan diatasi (Grimm RA, 2008).
Tamponade jantung merupakan keadaan yang membahayakan jiwa bila tidak
diatasi. Hasil akhir dari tamponade jantung biasanya baik bila
kondisinya diatasi dengan baik. Komplikasi yang mungkin terjadi adalah
gagal jantung, edema paru, dan kematian (Grimm RA, 2008).
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Definisi
Tamponade jantung adalah sindrom klinik
dimana terjadi penekanan yang cepat atau lambat terhadap jantung akibat
akumulasi cairan, nanah, darah, bekuan darah, atau gas di perikardium,
sebagai akibat adanya efusi, trauma, atau ruptur jantung (Spodick,
2003).
2.2 Epidemiologi
- Frekuensi
Di Amerika Serikat, insiden tamponade jantung adalah 2 kasus per
10.000 populasi di Amerika Serikat. Dilaporkan bahwa sekitar 2% dari
luka tembus menyebabkan tamponade jantung (Yarlagadda, 2011).
- Mortalitas/ Morbiditas
Tamponade jantung merupakan keadaan gawat di bidang medis. Diagnosis
yang cepat dan terapi yang tepat sangat penting untuk mencegah
morbiditas dan mortalitas. Bila tidak tertangani, hal ini bisa berakibat
fatal dengan cepat (Yarlagadda, 2011).
- Jenis Kelamin
Pada anak-anak, tamponade jantung lebih sering terjadi pada anak
laki-laki daripada perempuan, dengan rasio laki-laki:perempuan sebesar
7:3. Pada dewasa, tamponade jantung sedikit lebih banyak terjadi pada
laki-laki daripada perempuan. Rasio laki-laki:perempuan yaitu sebesar
1,25:1 (Yarlagadda, 2011).
- Umur
Tamponade jantung yang disebabkan oleh trauma atau HIV lebih sering
terjadi pada dewasa muda, sedangkan tamponade yang disebabkan keganasan
dan atau gagal ginjal lebih sering terjadi pada individu yang lebih tua
(Yarlagadda, 2011).
2.3 Etologi dan Klasifikasi
Untuk semua pasien, penyakit keganasan merupakan penyebab tersering
tamponade jantung. Dari berbagai etiologi jantung, Merce et al
melaporkan 30-60% kasus penyakit keganasan, 10-15% kasus uremia, 5-15%
pada idiopathic pericarditis, 5-10% pada penyakit infeksi, 5-10% pada
antikoagulan, 2-6% pada penyakit jaringan ikat, dan 1-2% pada Dressler
atau postpericardiotomy syndrome. Tamponade jantung dapat terjadi pada berbagai tipe pericarditis (Yarlagadda,2011).
Pembagian tamponade jantung berdasarkan etiologi dan progresifitas (Munthe, 2011):
- 1. Acute surgical tamponade
Meliputi keadaan antegrade aortic dissection, iatrogenic,
dan trauma tembus jantung. Pada keadaan ini, tamponade jantung dapat
menyebabkan mekanisme kompensasi menyeluruh yang cepat. Timbunan darah
dan clot sebesar 150 cc dapat menyebabkan kematian secara cepat. Pada keadaan kronis, timbunan darah dapat mencapai 1 L.
- 2. Medical tamponade
Meliputi keadaan efusi perikardial akibat perikarditis akut, perikarditis karena keganasan atau gagal ginjal
- 3. Low-pressure tamponade
Keadaan ini terjadi pada dehidrasi berat
Sedangkan menurut Spodick 2003, berdasarkan etiologinya, tamponade jantung dibagi menjadi tiga, yaitu:
- Acute tamponade: biasanya disebabkan oleh ruptur traumatik dari ventrikel akibat trauma tumpul atau prosedur lainnya; juga disebabkan oleh aortic dissection atau infark miokard dengan ruptur ventrikel.
Acute tamponade mempunyai onset yang tiba-tiba, dan dapat
menyebabkan nyeri dada, takipnea, dan dispnea, serta membahayakan jiwa
bila tidak diatasi dengan tepat. Tekanan vena jugularis juga meningkat,
dan mungkin berhubungan dengan distensi vena di dahi dan kulit kepala.
Suara jantung juga seringkali tidak terdengar (Hoit, 2009).
- 2. Subacute tamponade:
Subacute tamponade dapat asimptomatis pada awalnya, tetapi
bila tamponade jantung melewati batas kritis, maka akan menimbulkan
gejala dispnea, rasa tidak nyaman atau penuh di dada, edema perifer,
rasa lelah, atau gejala lainnya yang disebabkan peningkatan tekanan
pengisian dan cardiac output yang terbatas (Hoit, 2009).
- Infeksi HIV
- Infeksi virus, bakteri (TBC), jamur
- Obat-obatan – Hydralazine, procainamide, isoniazid, minoxidil
- Keganasan: contohnya paru, payudara, Hodgkin’s, mesotelioma
- Post MI, post operasi CT, post prosedur
- Uremia
- Post XRT
- Idiopatik
- Penyakit pada jaringan ikat : Systemic lupus erythematosus, rheumatoid arthritis, dermatomyositis
- Pengobatan anticoagulation
- Penyebab lain : hypothyroidism, Still disease, dan Duchenne muscular dystrophy
Pericarditis akut merupakan inflamasi pada lapisan pericardium.
Penyebabnya bisa infeksi (viral, TB, bakteri piogen) atau non-infeksi
(post miokard infark,neoplasma, induksi dari radiasi, penyakit jaringan
ikat, induksi dari obat). Sama seperti proses inflamasi lain,
perikarditis dicirikan dengan 3 fase: (1) vasodilatasi lokal dengan
transudasi cairan yang miskin protein dan bebas sel ke ruang pericard,
(2) peningkatan permeabilitas vaskular dengan kebocoran protein ke
rongga pericard, (3) eksudasi leukosit awalnya dengan neutrofil, diikuti
oleh sel mononuklear. Leukosit penting karena membantu mengeliminasi
infeksi dan agen autoimun. Namun, produk metabolik yang dilepaskan oleh
sel-sel ini dapat memperpanjang inflamasi, menyebabkan nyeri dan
kerusakan seluler lokal dan memediasi gejala somatis seperti demam. Oleh
karena itu, respon imun terhadap cedera pericard dapat secara
signifikan berkontribusi pada kerusakan jaringan dan simptomatologi
(Lilly,2007).
Efusi pericard merupakan akumulasi cairan berlebih pada ruang
pericard.Penyebabnya bisa berasal dari pericarditis akut atau efusi
serosa non inflamasi. Efusiserosa non inflamasi bisa karena berbagai
kondisi, yaitu: (1) peningkatan permeabilitas kapiler (pada
hipotiroidisme), (2) peningkatan tekanan hidrostatik kapiler (pada gagal
jantung kongestif), (3) penurunan tekanan onkotik plasma (pada sirosis
atau sindromnefrotik). Efusi chylous dapat terjadi pada obstruksi limfe
yang mendrainasi pericard,kebanyakan karena neoplasma dan TB. Karena
pericard merupakan struktur yang relatif kaku, hubungan antara volume
internal dan tekanan tidak linear. Pada volume rendah yang secara normal
ada di pericard, peningkatan volume yang kecil hanya mengakibatkan
peningkatan kecil tekanan. Tapi, ketika volume intrapericard mengembang
di atas level kritis, peningkatan tekanan secara dramatis akan
terjadimengingat keberadaanya dalam kantung yang tidak bisa mengembang.
Pada titik tersebut, walaupun volume hanya meningkat sedikit akan
dirubah menjadi gaya kompresi hebat terhadap jantung (Lilly, 2007).
Pemeriksaan fisik pada subacute tamponade meliputi hipotensi
dengan pulse pressure yang menyempit dan menggambarkan stroke volume
yang terbatas. Walaupun begitu, pasien dengan riwayat hipertensi akan
tetap hipertensi karena peningkatan aktivitas simpatis pada kasus
tamponade (Hoit, 2009).
- 3. External to pericardial sac (efusi pleura menyebabkan tamponade physiology)
2.4 Patogenesis tamponade jantung
2.4.1 Anatomi Pericardium
Pericardium merupakan kantung elastis membran yang dilapisi oleh
membran serosa skuamosa sederhana dan diisi dengan cairan serosa yang
membungkus jantung dan aorta serta pembuluh darah besar lainnya dan
menjadi jangkar jantung di mediastinum; kantung sendiri terdiri dari
lapisan fibrosa (dengan lampiran ke diafragma, sternum, dan kartilago
kosta) dan lapisan parietalis dalam serosa sedangkan lapisan serosa
viseral meluas ke permukaan eksternal dari miokardium, itu berfungsi
sebagai penghalang pelindung dari penyebaran infeksi atau peradangan
dari struktur yang berdekatan ke dalam ruang perikardial dan berfungsi
untuk mengandung jantung dan batas overfilling dari ruang; lapisan
membran serosa mengeluarkan cairan perikardial yang melumasi permukaan
jantung seperti cekungan dan tonjolan dalam ruang perikardial. Dibagi
menjadi dua lapisan yaitu : (Darling,2012)
1. Pericardium visceral (epicardium)
Lapisan yang mengelilingi jantung, dan melekat padanya, adalah
perikardium visceral, atau epikardium. Jantung dapat meluncur dengan
mudah pada perikardium viseral, sehingga memungkinkan untuk berkontraksi
dengan bebas. Perikardium viseral memiliki lapisan luar dari sel
mesothelial datar, yang terletak di stroma jaringan penunjang
fibrocollagenous. Jaringan penunjang ini mengandung serat elastis, serta
arteri besar yang memasok darah ke dinding jantung, dan cabang vena
besar yang membawa darah dari dinding jantung (Darling,2012).
2. Pericardium parietalis
Lapisan luar dari pericardium, yang disebut perikardium parietalis,
terdiri dari lapisan luar yang kuat, jaringan ikat tebal (disebut
perikardium fibrosa) dan lapisan serosa dalam (pericardium serosa).
Lapisan fibrosa perikardium parietalis melekat pada diafragma dan
berdifusi dengan dinding luar dari pembuluh darah besar yang memasuki
dan meninggalkan jantung. Dengan demikian, perikardium parietalis
membentuk kantung pelindung yang kuat untuk jantung dan berfungsi juga
untuk jangkar dalam mediastinum. Lapisan serosa dari perikardium
parietalis, sebagian besar terdiri dari mesothelium bersama-sama dengan
jaringan ikat kecil, membentuk epitel skuamosa sederhana dan
mengeluarkan sejumlah kecil cairan (biasanya sekitar 25 sampai 35 ml),
yang membuat dua lapisan perikardium dari bergesekan sama lain dan
menyebabkan gesekan selama kontraksi otot jantung (Darling,2012).
Di bagian atas jantung, lapisan viseral lipatan atas bergabung dengan
lapisan parietalis. Flip ini disebut refleksi pericardium
(Darling,2012).
Gambar 1 Penampang jantung dan pericardium
2.4.1 Patofisiologi tamponade jantung
Tamponade jantung didefinisikan sebagai kompresi signifikan jantung
akibat akumulasi isi perikardial, “Kompresi signifikan” tergantung
apakah tamponade dari sudut pandang murni fisiologis atau klinis. Karena
tamponade adalah patofisiologis yang kontinum, tamponade jantung dapat
ringan dan terus berkembang, yang terakhir menjadi keadaan darurat yang
mengancam nyawa dan tahap yang dapat berkembang ke arah itu. Pengurangan
cardiac output dapat terjadi dari sedikit misalnya 150 mL darah
perikardium setelah luka jantung hingga lebih dari 1 L cairan di efusi
perikardial yang perlahan berkumpul. kompresi jantung dengan Klinis yang
signifikan oleh cairan perikardial tergantung pada tiga kondisi yang
saling terkait. Isi perikardial harus melakukan hal berikut: (1) mengisi
volume cadangan perikardial kecil relatif, volume yang ditambahkan ke
yang normal 15 sampai 35 mL cairan perikardial, hanya akan
menggembungkan perikardium parietalis dengan mengisi berbagai relung dan
sinus; (2) meningkat melebihi peregangan dari perikardium parietalis;
dan (3) melebihi volume darah vena yang mendukung gradien tekanan normal
kecil untuk pengisian jantung kanan. Perikardium bersifat relatif
inextensible, jantung dan isi perikardial bersaing terus-menerus untuk
mempertahankan volume tetap intrapericardial relatif (Lilly,2007).
Gambar 2 Tamponade Jantung
Proses patofisiologis yang mendasari untuk pengembangan tamponade
adalah karena berkurangnya tekanan diastolik mengisi distending
transmural tidak cukup untuk mengatasi tekanan intrapericardial
meningkat. Takikardia adalah respon jantung awal untuk perubahan ini
untuk mempertahankan curah jantung. Aliran balik vena sistemik juga
diubah selama tamponade. Jantung dikompresi pada seluruh siklus jantung
karena tekanan intrapericardial meningkat, aliran balik vena sistemik
terganggu dan terjadi kolaps ventrikel kanan dan atrium kanan. Karena
vaskular paru adalah sirkuit yang luas dan memenuhi persyaratan, darah
cenderung terakumulasi di sirkulasi vena, dengan mengorbankan pengisian
ventrikel kiri. Hal ini menyebabkan berkurangnya cardiac output dan
aliran balik vena (Yarlagadda,2011).
Reddy et al menjelaskan 3 fase perubahan hemodinamik pada tamponade : (Yarlagadda,2011)
Tahap I: Akumulasi cairan perikardial menyebabkan peningkatan
kekakuan ventrikel, memerlukan tekanan pengisian yang lebih tinggi.
Selama fase ini, tekanan ventrikel kiri dan kanan mengisi lebih tinggi
dari tekanan intrapericardial
Tahap II: Dengan akumulasi cairan lebih lanjut, tekanan perikardial
meningkat di atas tekanan pengisian ventrikel, sehingga curah jantung
berkurang.
Fase III: Terjadi penurunan output jantung lanjut, karena equilibrium tekanan perikardial dan pengisian ventrikel kiri (LV).
Jumlah cairan perikardial diperlukan untuk merusak jantung diastolik
mengisi tergantung pada tingkat akumulasi cairan dan tahanan
perikardium. Akumulasi cepat 150 mL cairan dapat mengakibatkan
peningkatan tekanan perikardial dan dapat menghambat cardiac output,
sedangkan 1000 mL cairan dapat terakumulasi selama periode yang lebih
lama tanpa efek signifikan pada pengisian diastolik jantung. Hal ini
disebabkan peregangan adaptif perikardium dari waktu ke waktu.
Perikardium dapat menyesuaikan akumulasi cairan yang cukup selama
periode yang lebih lama tanpa mengganggu hemodinamik (Yarlagadda,2011).
Pada setiap ruang jantung, memiliki tekanan intramural (tekanan
intracardiac dikurangi tekanan pericardial), merupakan penentu utama
pada pengisian jantung. Tekanan transmural merupakan “true filling
pressure” yang berkontribusi terhadap preload ventrikel. Tekanan
pericardial normal lebih rendah dibandingkan titik pertengahan tekanan
diastolik atrium kanan dan ventrikel kanan, sehingga tekanan transmural
atrium kanan (tekanan atrium kanan dikurangi tekanan pericardial)
normalnya lebih tinggi dari tekanan intrakardiaknya. Pada tamponade
jantung, peningkatan tekanan perikcardial progresif akan mengurangi
rata-rata tekanan transmural diawali pada ruang jantung kanan kemudian
ruang jantung kiri (Spodick,1998).
Seperti kebanyakan tamponade, mengakibatkan kelainan tekanan dan
aliran, tekanan transmural yang timbal balik berkurang dan peningkatan
selama pernapasan pada jantung kiri dibandingkan kanan. sehingga,
inspirasi meningkatkan pengisian jantung kanan dengan mengorbankan
jantung kiri dengan pemulihan pada ekspirasi. Pada kondisi tamponade
kritis, output jantung biasanya turun setidaknya 30%, tekanan transmural
rata-rata, nol (biasanya antara 15 dan 30 mm Hg dalam perikardium dan
antara 15 dan 30 mmHg dalam jantung pada pasien euvolemic), sehingga
mekanisme kompensasi pernapasan menjadi mekanisme fisiologis utama yang
berkontribusi pada tingkat tertentu untuk output dan input jantung.
Sebuah komponen penting dari kompensasi pernapasan ditandai pergeseran
dari septum ventrikel ke ventrikel kiri saat inspirasi mengisi jantung
kanan dengan mengorbankan jantung kiri dengan pembalikan pada ekspirasi.
Secara klinis, kompensasi pernapasan dinyatakan sebagai pulsus
paradoksus (Spodick,1998).
Selain tergantung pada volume perluasan darah, peregangan
pericardial, dan peningkatan fraksi ejeksi, mekanisme kompensasi
tam[pomade jantung seperti tachycardia dan vasokonstriksi perifer karena
stimulasi adrenergic karena penurunan cardiac output. Peningkatan
tekanan atrium kanan berkontribusi pada peningkatan minute cardiac
output (stroke volume x heart rate) saat penurunan stroke volume
(Spodick,1998).
Gambar 3 Tamponade jantung : kondisi hemodinamik dan mekanisme kompensasi.
Stimulasi adrenergik stimulasi, baik alfa dan beta, dan termasuk
serum peningkatan katekolamin merupakan respon kompensasi utama pada
penurunan cardiac output dengan empat efek besar: (1) β-adrenergik
kontribusi terhadap peningkatan denyut jantung; (2) β-adrenergik
tergantung pada peningkatan relaksasi diastolik, (3) a-adrenergically
meningkatkan resistensi perifer untuk mempertahankan pusat tekanan darah
dan mendukung gradien untuk aliran koroner; dan (4) inotropi meningkat
untuk meminimalkan volume end sistolik ventrikel melalui peningkatan
fraksi ejeksi, dapat normal sampai tinggi pada tamponade tanpa penyakit
jantung (Spodick,1998).
Meskipun cardiac output semakin jatuh, peningkatan resistensi perifer
mendukung tekanan darah arteri sampai relatif terlambat, sebagian
melalui mekanisme adrenergik. Dengan demikian, peningkatan resistensi
perifer tidak terpengaruh pada blokade-β, tetapi berkebalikan pada
blokade-α. Penurunan tekanan darah kritis juga dipengaruhi oleh
mekanisme ketergantungan opioid, yang ditunjukkan oleh peningkatan
tekanan darahyang diinduksi nalokson selama tamponade. Peningkatan ini
terjadi tanpa meningkatkan cardiac output,
sehingga mekanisme ini harus bertindak melalui peningkatan vaskular sistemik (Spodick,1998).
sehingga mekanisme ini harus bertindak melalui peningkatan vaskular sistemik (Spodick,1998).
2.5 Manifestasi Klinis
Gejala klinik tamponade bervariasi, tergantung proses yang
mendasarinya. Pada efusi pericard, ada 3 faktor yang menentukan apakah
tetap tenang secara klinis atau menimbulkan gejala akibat kompresi
jantung. (1) volume cairan, (2) laju terakumulasinya cairan, (3)
karakter komplians pericardium. Suatu peningkatan mendadak volume
perikard, contohnya pada kasus trauma dada dengan perdarahan
intrapericard, mengakibatkan peningkatan signifikan tekanan perikard dan
berpotensi menimbulkan kompresi berat pada ruang rongga jantung. Jumlah
cairan yang sedikitpun dapat meningkatkan peningkatan signifikan
tekanan jika pericard secara patologis non-komplians, misalnya pada
keberadaan tumor atau fibrosis kantung.Berbeda dengan hal-hal tersebut,
jika efusi perikard terakumulasi dengan lambat, dalam jangka waktu
mingguan hingga bulanan, perikard perlahan teregang. Dengan adaptasi,
perikard bisa mengakomodasi volume yang lebih besar tanpa peningkatan
signifikan tekanan intraperikardia. Akumulasi lambat memberi kesempatan
kompensasi jantung yang lebih baik yaitu: takikardi, peningkatan
resistensi vaskuler perifer dalam beberapa hari atau beberapa minggu.
Tetapi akumulasi yang cepat akan menimbulkan peregangan pericardium yang
tidak adekuat dan berakibat fatal dalam beberapa menit
(Lilly,2007;Muthe,2011 ;Yarlagadda,2011).
Anamnesa yang komprehensif terhadap riwayat pasien dapat membantu
mengidentifikasi kemungkinan etiologi dari efusi pericardial, yang dapat
menyebabkan tamponade jantung (Yarlagadda,2011).
- Pasien dengan penyakit sistemik dan keganasan dengan penurunan berat badan, lemas, dan anoreksia.
- Nyeri dada pada pasien pericarditis dan infark miokard.
- Nyeri musculoskeletal atau panas tampak pada pasien dengan kelainan jaringan ikat.
- Riwayat gagal ginjal menyebabkan uremia sebagai penyebab efusi pericard.
- Seksama terhadap obat pasien terkait obat lupus yang mengarah ke efusi perikardial
- Riwayat terakhir bedah kardiovaskular, intervensi koroner, atau trauma yang dapat menyebabkan pengumpulan cepat cairan pericard dan menyebabkan tamponade.
- Riwayat terakhir pemasangan pacemaker atau insersi kateter vena central yang dapatb menyebabkan pengumpulan cepat cairan pericard dan menyebabkan tamponade.
- Pertimbangkan HIV efusi pericardial dan tamponade jika pasien memiliki riwayat penggunaan narkoba suntik atau infeksi oportunistik.
- Tanyakan tentang radiasi dinding dada (misal untuk kanker paru, mediastinum, atau esophagus)
- Tanyakan tentang gejala keringat malam, demam, dan penurunan berat badan, yang mengindikasikan tuberculosis.
2.6 Pemeriksaan Fisik
Gejala yang paling sering ditemukan adalah dyspnea, tachycardia, dan
peningkatan jugular venous pressure (JVP). Bekas cedera dinding dada
tampak padaa pasien trauma. Tachycardia, tachypnea, dan hepatomegaly
ditemukan lebih dari 50% pasien dengan tamponade jantung, sedangkan
bunyi jantung menjauh dan pericardial friction rub ditemukan pada
sekitar sepertiga pasien. Beberapa pasien datang dengan keluhan pusing,
mengantuk, atau palpitasi. Kulit yang dingin, basah dan nadi yang lemah
karena hipotensi juga dapat tampak pada pasien dengan tamponade
(Yarlagadda,2011).
- The Beck triad atau acute compression triad
- Dijelaskan pada tahun 1935, pada pemeriksaan fisik ditemukan tiga tanda, yaitu : peningkta JVP, hipotensi, dan bunyi jantung menjauh.
- Penemuan ini akibat dari akumulasi yang cepat dari cairan pericardial. Namun, triad klasik ini biasanya ditemukan pada pasien dengan tamponade jantung akut.
- Ini merupakan peningkatan (>12 mm Hg atau 9%) dari penurunan inspirasi normal pada tekanan darah sistemik.
- Untuk memeriksa pulsus paradoxus, pasien biasanya diposisikan semirecumben, sehhingga pernafasan akan normal. Cuff tensimeter dinaikkan paling tidak 20 mmHg di atas tekanan sistolik dan perlahan diturunkan sampai bunyi korotkoff pertama terdengar hanya saat ekspirasi. Pada pembacaan tekanan, jika cuff tidak diturunkan dan pulsus paradoxus muncul, bunyi korotkoff pertama tidak terdengar saat inspirasi. Setelh cuff kemudian diturunkan, pada titik dimana korotkoff pertama tersengar keduanya saat inspirasi dan ekspirasi. Jika perbedaan antara pemeriksaan pertama dan kedua lebih besar dari 12 mmHg, maka dikatakan abnormal pulsus paradoxus terjadi.
- Paradoksnya adalah bahwa ketika mendengarkan suara jantung selama inspirasi, denyut nadi melemah atau mungkin tidak teraba dengan detak jantung tertentu, sementara S1 adalah mendengar dengan semua detak jantung.
- Pulsus paradoxus dapat ditemukan pada pasien dengan beberapa kondisi lainnya, misalnya pericarditis konstriktif, severe obstructive pulmonary disease, restrictive cardiomyopathy, pulmonary embolism, rapid dan labored breathing, dan right ventricular infarction dengan shock.
- Pulsus paradoxus mungkin tidak ditemukan pada pasien dengan elevasi Left Ventrikel diastolic pressures, atrial septal defect, pulmonary hypertension, dan aortic regurgitation.
- Pulsus paradoxus atau paradoxical pulse
No comments:
Post a Comment