Padi termasuk dalam suku padi-padian atau POACEAE
(GRAMINAE atau GLUMIFLORAE). Terna semusim,berakar serabut,batang
sangat pendek,struktur serupa batang terbentuk dari rangkaian pelepah
daun yang saling menopang daun sempurna dengan pelepah tegak,daun
berbentuk lanset,warna hijau muda hingga hijau tua,berurat daun
sejajar,tertutupi oleh rambut yang pendek dan jarang,bagian bunga
tersusun majemuk,tipe malai bercabang,satuan bunga disebut FLORET yang
terletak pada satu spikelet yang duduk pada panikula,tipe buah bulir
atau kariopsis yang tidak dapat dibedakan mana buah dan bijinya,bentuk
hampir bulat hingga lonjong,ukuran 3mm hingga 15mm,tertutup oleh palea
dan lemma yang dalam bahasa sehari-hari disebut sekam,struktur dominan
padi yang biasa dikonsuksi yaitu jenis ENDUSPERMIUM.
1.1 REPRODUKSI Setiap bunga padi memiliki enam kepala sari (anther) dan kepala putik (stigma) bercabang dua berbentuk sikat botol.Kedua organ seksual ini umumnya siap bereproduksi dalam waktu yang bersamaan.Kepala sari kadang-kadang keluar dari palea dan lemma jika telah masak.
Dari segi reproduksi,padi merupakan tanaman berpenyerbukan
sendiri,karena 95% atau lebih serbuk sari membuahi sel telur tanaman
yang sama. Setelah pembuahan terjadi,zigot dan inti polar yang telah
dibuahi segera membelah diri.Zigot berkembang membentuk embrio dan inti
polar menjadi endosperm.Pada akhir perkembangan,sebagian besar bulir
padi mengadung pati dibagian endosperm.Bagi tanaman muda,pati
dimanfaatkan sebagai sumber gizi.
Genetika dan pemuliaan
Satu set genom padi terdiri atas 12 kromosom. Karena padi adalah tanaman diploid, maka setiap sel padi memiliki 12 pasang kromosom (kecuali sel seksual).
Padi merupakan organisme model
dalam kajian genetika tumbuhan karena dua alasan: kepentingannya bagi
umat manusia dan ukuran kromosom yang relatif kecil, yaitu 1.6~2.3 × 108 pasangan basa (base pairs, bp). Sebagai tanaman model, genom padi telah disekuensing, seperti juga genom manusia. Hasil sekuensing genom padi dapat dilihat di situs NCBI.
Perbaikan genetik padi telah berlangsung sejak manusia membudidayakan
padi. Dari hasil tindakan ini orang mengenal berbagai macam ras lokal, seperti 'Rajalele' dari Klaten atau 'Pandanwangi' dari Cianjur di Indonesia atau 'Basmati Rice' dari India utara. Orang juga berhasil mengembangkan padi lahan kering (padi gogo) yang tidak memerlukan penggenangan atau padi rawa yang mampu beradaptasi terhadap kedalaman air rawa yang berubah-ubah. Di negara lain dikembangkan pula berbagai tipe padi.
Pemuliaan padi secara sistematis baru dilakukan sejak didirikannya IRRI di Filipina sebagai bagian dari gerakan modernisasi pertanian dunia yang dijuluki sebagai Revolusi Hijau.
Sejak saat itu muncullah berbagai kultivar padi dengan daya hasil
tinggi untuk memenuhi kebutuhan pangan dunia. Dua kultivar padi modern
pertama adalah 'IR5' dan 'IR8' (di Indonesia diadaptasi menjadi 'PB5'
dan 'PB8'). Walaupun hasilnya tinggi tetapi banyak petani menolak karena
rasanya tidak enak (pera). Selain itu, terjadi wabah hama wereng coklat pada tahun 1970-an.
Ribuan persilangan kemudian dirancang untuk menghasilkan kultivar dengan potensi hasil tinggi dan tahan terhadap berbagai hama dan penyakit padi. Pada tahun 1984 pemerintah Indonesia pernah meraih penghargaan dari PBB (FAO)
karena berhasil meningkatkan produksi padi hingga dalam waktu 20 tahun
dapat berubah dari pengimpor padi terbesar dunia menjadi negara
swasembada beras. Prestasi ini tidak dapat dilanjutkan dan baru kembali
pulih sejak tahun 2007.
Hadirnya bioteknologi dan rekayasa genetika
pada tahun 1980-an memungkinkan perbaikan kualitas nasi. Sejumlah tim
peneliti di Swiss mengembangkan padi transgenik yang mampu memproduksi toksin
bagi hama pemakan bulir padi dengan harapan menurunkan penggunaan
pestisida. IRRI, bekerja sama dengan beberapa lembaga lain, merakit "Padi emas" (Golden Rice) yang dapat menghasilkan provitamin A pada berasnya, yang diarahkan bagi pengentasan defisiensi vitamin A di berbagai negara berkembang. Suatu tim peneliti dari Jepang juga mengembangkan padi yang menghasilkan toksin bagi bakteri kolera. Diharapkan beras yang dihasilkan padi ini dapat menjadi alternatif imunisasi kolera, terutama di negara-negara berkembang.
Sejak tahun 1970-an telah diusahakan pengembangan padi hibrida,
yang memiliki potensi hasil lebih tinggi. Karena biaya pembuatannya
tinggi, kultivar jenis ini dijual dengan harga lebih mahal daripada
kultivar padi yang dirakit dengan metode lain.
Selain perbaikan potensi hasil, sasaran pemuliaan padi mencakup pula tanaman yang lebih tahan terhadap berbagai organisme pengganggu tanaman
(OPT) dan tekanan (stres) abiotik (seperti kekeringan, salinitas, dan
tanah masam). Pemuliaan yang diarahkan pada peningkatan kualitas nasi
juga dilakukan, misalnya dengan perancangan kultivar mengandung karoten
(provitamin A).
Keanekaragaman genetik
Hingga sekarang ada dua spesies padi yang dibudidayakan manusia secara massal: Oryza sativa yang berasal dari Asia dan O. glaberrima yang berasal dari Afrika Barat.
Pada awal mulanya O. sativa dianggap terdiri dari dua subspesies, indica dan japonica (sinonim sinica). Padi japonica umumnya berumur panjang, postur tinggi namun mudah rebah, lemmanya memiliki "ekor" atau "bulu" (Ing. awn), bijinya cenderung membulat, dan nasinya lengket. Padi indica,
sebaliknya, berumur lebih pendek, postur lebih kecil, lemmanya tidak
ber-"bulu" atau hanya pendek saja, dan bulir cenderung oval sampai
lonjong. Walaupun kedua anggota subspesies ini dapat saling membuahi,
persentase keberhasilannya tidak tinggi. Contoh terkenal dari hasil
persilangan ini adalah kultivar 'IR8', yang merupakan hasil seleksi dari persilangan japonica (kultivar 'Deegeowoogen' dari Formosa) dengan indica (kultivar 'Peta' dari Indonesia). Selain kedua varietas ini, dikenal varietas minor javanica yang memiliki sifat antara dari kedua tipe utama di atas. Varietas javanica hanya ditemukan di Pulau Jawa.
Kajian dengan bantuan teknik biologi molekular sekarang menunjukkan bahwa selain dua subspesies O. sativa yang utama, indica dan japonica, terdapat pula subspesies minor tetapi bersifat adaptif tempatan, seperti aus (padi gogo dari Bangladesh), royada (padi pasang-surut/rawa dari Bangladesh), ashina (padi pasang-surut dari India), dan aromatic (padi wangi dari Asia Selatan dan Iran, termasuk padi basmati yang terkenal). Pengelompokan ini dilakukan menggunakan penanda RFLP dibantu dengan isozim.Kajian menggunakan penanda genetik SSR terhadap genom inti sel dan dua lokus pada genom kloroplas menunjukkan bahwa pembedaan indica dan japonica adalah mantap, tetapi japonica ternyata terbagi menjadi tiga kelompok khas: temperate japonica ("japonica daerah sejuk" dari Cina, Korea, dan Jepang), tropical japonica ("japonica daerah tropika" dari Nusantara), dan aromatic. Subspesies aus merupakan kelompok yang terpisah.
Berdasarkan bukti-bukti evolusi molekular diperkirakan kelompok besar indica dan japonica terpisah sejak ~440.000 tahun yang lalu dari suatu populasi spesies moyang O. rufipogon. Domestikasi
padi terjadi di titik tempat yang berbeda terhadap dua kelompok yang
sudah terpisah ini. Berdasarkan bukti arkeologi padi mulai dibudidayakan
(didomestikasi) 10.000 hingga 5.000 tahun sebelum masehi.[6]
Keanekaragaman budidaya
Padi gogo
Di beberapa daerah tadah hujan orang mengembangkan padi gogo, suatu
tipe padi lahan kering yang relatif toleran tanpa penggenangan seperti
di sawah.
Di Lombok dikembangkan sistem padi gogo rancah, yang memberikan
penggenangan dalam selang waktu tertentu sehingga hasil padi meningkat.
Padi rawa
Padi rawa atau padi pasang surut tumbuh liar atau dibudidayakan di
daerah rawa-rawa. Selain di Kalimantan, padi tipe ini ditemukan di
lembah Sungai Gangga. Padi rawa mampu membentuk batang yang panjang
sehingga dapat mengikuti perubahan kedalaman air yang ekstrem musiman.
Padi pera
Padi pera adalah padi dengan kadar amilosa pada pati lebih dari 20% pada berasnya.
Butiran nasinya jika ditanak tidak saling melekat. Lawan dari padi pera
adalah padi pulen. Sebagian besar orang Indonesia menyukai nasi jenis
ini dan berbagai jenis beras yang dijual di pasar Indonesia tergolong
padi pulen. Penggolongan ini terutama dilihat dari konsistensi nasinya.
Ketan
Ketan (sticky rice), baik yang putih maupun merah/hitam, sudah
dikenal sejak dulu. Padi ketan memiliki kadar amilosa di bawah 1% pada
pati berasnya. Patinya didominasi oleh amilopektin, sehingga jika ditanak sangat lekat.
Padi wangi
Padi wangi atau harum (aromatic rice) dikembangkan orang di
beberapa tempat di Asia, yang terkenal adalah ras 'Cianjur Pandanwangi'
(sekarang telah menjadi kultivar unggul) dan 'rajalele'. Kedua kultivar
ini adalah varietas javanica yang berumur panjang.
Di luar negeri orang mengenal padi biji panjang (long grain), padi biji pendek (short grain), risotto, padi susu umumnya menggunakan metode silsilah. Salah satu tahap terpenting dalam pemuliaan padi adalah dirilisnya kultivar 'IR5' dan 'IR8', yang merupakan padi pertama yang berumur pendek namun berpotensi hasil tinggi. Ini adalah awal revolusi hijau dalam budidaya padi. Berbagai kultivar padi berikutnya umumnya memiliki 'darah' kedua kultivar perintis tadi.
Aspek budidaya
Teknik budidaya padi telah dikenal oleh manusia sejak ribuan tahun yang lalu. Sejumlah sistem budidaya diterapkan untuk padi.
- Budidaya padi sawah (Ing. paddy atau paddy field), diduga dimulai dari daerah lembah Sungai Yangtse di Tiongkok.
- Budidaya padi lahan kering, dikenal manusia lebih dahulu daripada budidaya padi sawah.
- Budidaya padi lahan rawa, dilakukan di beberapa tempat di Pulau Kalimantan.
- Budidaya gogo rancah atau disingkat gora, yang merupakan modifikasi dari budidaya lahan kering. Sistem ini sukses diterapkan di Pulau Lombok, yang hanya memiliki musim hujan singkat.
Setiap sistem budidaya memerlukan kultivar yang adaptif untuk
masing-masing sistem. Kelompok kultivar padi yang cocok untuk lahan
kering dikenal dengan nama padi gogo.
Secara ringkas, bercocok tanam padi mencakup persemaian, pemindahan
atau penanaman, pemeliharaan (termasuk pengairan, penyiangan,
perlindungan tanaman, serta pemupukan), dan panen. Aspek lain yang
penting namun bukan termasuk dalam rangkaian bercocok tanam padi adalah
pemilihan kultivar, pemrosesan biji dan penyimpanan biji.
Hama dan penyakit
- Hama-hama penting
- Penggerek batang padi putih ("sundep", Scirpophaga innotata)
- Penggerek batang padi kuning (S. incertulas)
- Wereng batang punggung putih (Sogatella furcifera)
- Wereng coklat (Nilaparvata lugens)
- Wereng hijau (Nephotettix impicticeps)
- Lembing hijau (Nezara viridula)
- Walang sangit (Leptocorisa oratorius)
- Ganjur (Pachydiplosis oryzae)
- Lalat bibit (Arterigona exigua)
- Ulat tentara/Ulat grayak (Spodoptera litura dan S. exigua)
- Tikus sawah (Rattus argentiventer)
- Penyakit-penyakit penting
- blas (Pyricularia oryzae, P. grisea)
- hawar daun bakteri ("kresek", Xanthomonas oryzae pv. oryzae)
Pengolahan gabah menjadi nasi
Setelah padi dipanen, bulir padi atau gabah dipisahkan dari jerami padi. Pemisahan dilakukan dengan memukulkan seikat padi sehingga gabah terlepas atau dengan bantuan mesin pemisah gabah.
Gabah yang terlepas lalu dikumpulkan dan dijemur. Pada zaman dulu,
gabah tidak dipisahkan lebih dulu dari jerami, dan dijemur bersama
dengan merangnya. Penjemuran biasanya memakan waktu tiga sampai tujuh
hari, tergantung kecerahan penyinaran matahari. Penggunaan mesin
pengering jarang dilakukan. Istilah "Gabah Kering Giling"
(GKG) mengacu pada gabah yang telah dikeringkan dan siap untuk
digiling. (Lihat pranala luar). Gabah merupakan bentuk penjualan produk
padi untuk keperluan ekspor atau perdagangan partai besar.
Gabah yang telah kering disimpan atau langsung ditumbuk/digiling, sehingga beras terpisah dari sekam (kulit gabah). Beras merupakan bentuk olahan yang dijual pada tingkat konsumen. Hasil sampingan yang diperoleh dari pemisahan ini adalah:
- sekam (atau merang), yang dapat digunakan sebagai bahan bakar
- bekatul, yakni serbuk kulit ari beras; digunakan sebagai bahan makanan ternak, dan
- dedak, campuran bekatul kasar dengan serpihan sekam yang kecil-kecil; untuk makanan ternak.
Beras dapat dikukus atau ditim agar menjadi nasi yang siap dimakan. Beras atau ketan yang ditim dengan air berlebih akan menjadi bubur. Pengukusan beras dapat juga dilakukan dengan pembungkus, misalnya dengan anyaman daun kelapa muda menjadi ketupat, dengan daun pisang menjadi lontong, atau dengan bumbung bambu yang disebut lemang (biasanya dengan santan). Beras juga dapat diolah menjadi minuman penyegar (beras kencur) atau obat balur untuk mengurangi rasa pegal (param).
Produksi padi dan perdagangan dunia
- Bagian ini memerlukan aktualisasi
Negara produsen padi terkemuka adalah Republik Rakyat Cina (31% dari total produksi dunia), India (20%), dan Indonesia (9%). Namun hanya sebagian kecil produksi padi dunia yang diperdagangkan antar negara (hanya 5%-6% dari total produksi dunia). Thailand merupakan pengekspor padi utama (26% dari total padi yang diperdagangkan di dunia) diikuti Vietnam (15%) dan Amerika Serikat (11%). Indonesia merupakan pengimpor padi terbesar dunia (14% dari padi yang diperdagangkan di dunia) diikuti Bangladesh (4%), dan Brasil
(3%).Produksi padi Indonesia pada 2006 adalah 54 juta ton , kemudian
tahun 2007 adalah 57 juta ton (angka ramalan III), meleset dari target
semula yang 60 juta ton akibat terjadinya kekeringan yang disebabkan
gejala ENSO.
Produsen padi terbesar — 2005 (juta metrik ton) |
|
---|---|
Republik Rakyat Cina | 185 |
India | 129 |
Indonesia | 54 |
Bangladesh | 40 |
Vietnam | 36 |
Thailand | 27 |
Myanmar | 25 |
Pakistan | 18 |
Filipina | 15 |
Brasil | 13 |
Jepang | 11 |
Total Dunia | 700 |
No comments:
Post a Comment