MOHON MAAF BLOG SEDANG DALAM PENYETELAN TEMPLATE AGAR KAMI BISA LEBIH PROFESIONAL LAGI DALAM MEMBERIKAN INFO YANG ANDA BUTUHKAN, MOHON BERSABAR INI TIDAK BERLANGSUNG LAMA,TERIMA KASIH ATAS PENGERTIANNYA...
English French German Spain Italian Dutch Russian Brazil Japanese Korean Arabic Chinese Simplified
Translate Widget by Google

Suplemen & Obat Pakan

Pakan merupakan faktor terpenting untuk menunjang budidaya ternak karena berimbas pada peningkatan bobot badan ternak dan performans ternak yang diinginkan. Peningkatan populasi, produksi daging, susu dan telur sebagai hasil ternak sangat tergantung dari penyediaan pakan yang baik dan berkualitas. Sebelum menyusun formulasi pakan sebaiknya ditentukan lebih dahulu tujuan penyusunannya, antara lain untuk kebutuhan hidup pokok, maintenance dan untuk memenuhi tujuan-tujuan produksi yang meliputi kebutuhan untuk reproduksi, pertumbuhan, produksi telur, susu, wol atau produksi tenaga tergantung pada jenis ternaknya (kebutuhan produksi).
Setelah menentukan tujuan pemberian pakan, maka dalam penyusunan komposisinya nanti harus sesuai dengan kebutuhan nutrien ternak. Kebutuhan nutrien untuk hidup pokok merupakan prioritas utama dalam utilisasi nutrien. Kebutuhan nutrien untuk produksi umumnya dapat dipenuhi setelah kebutuhan pokok terpenuhi. Pakan harus mengandung semua nutrient yang dibutuhkan oleh tubuh ternak, namun tetap dalam jumlah yang seimbang. Nutrien yang dibutuhkan oleh ternak antara lain karbohidrat, lemak, protein, vitamin, air dan unsur anorganik atau mineral (Ca, P, Mg, Na, K, Cl, I, Zn, Fe, Cu, Co, Mn, Mo, Se). Penyusunan komposisi pakan yang tidak proporsional mengakibatkan gangguan metabolisme dalam tubuh ternak dan pengaruh selanjutnya pada tampilan produksinya tidak akan maksimal, karena ternak mengalami defisien pada satu atau beberapa jenis nutrien Defisiensi nutrien pada ternak merupakan suatu kondisi ketika sebuah atau beberapa nutrient yang dikonsumsi dan diserap tidak mencukupi kebutuhan sehingga menyebabkan penurunan performans produksi atau timbulnya gejala klinisdan bahkan kematian.

Pada penyusunan formulasi pakan secara praktis, perhitungan kebutuhan nutrien hanya didasarkan pada kebutuhan energi dan protein, sedangkan kebutuhan nutrien yang lain disesuaikan. Apabila ternak menunjukkan gejala defisien maka perlu ditambahkan suplemen terutama vitamin dan mineral. Tingkat kandungan energi pakan harus disesuaikan dengan kandungan proteinnya, karena protein sangat penting untuk pembentukan jaringan tubuh dan produksi. Apabila energi terpenuhi namun proteinnya kurang maka laju pertumbuhan dan produksi akan terganggu. Oleh karena itu, perlu diperhitungkan keseimbangan antara tingkat energi dan protein sehingga penggunaan pakan menjadi efisien.
Protein adalah persenyawaan organik kompleks yang mengandung unsur-unsur karbon, hidrogen dan oksigen, nitrogen, fosfor dan sulfur. Protein tersusun atas lebih dari 20 persenyawaan organik yang disebut asam amino. Protein dibutuhkan ternak sebagai pembentuk jaringan dan produksi. Jaringan tubuh ternak mampu mensintesis beberapa asam amino. Sebagian asam amino lain tidak dapat disintesis sehingga harus tersedia dalam ransum. Asam amino yang dapat disintesis dalam tubuh disebut asam amino non esensial, sedangkan yang tidak dapat disintesis dalam tubuh disebut asam amino esensial. Dalam penyusunan ransum, idealnya semua asam amino esensial dan kandungan nitrogen cukup terpenuhi guna sintesis asam amino esensial. Apabila ransum defisien asam amino esensial maka dapat mengganggu pertumbuhan dan produksi ternak.
Defisiensi protein yang hebat atau sebuah asam amino tunggal ternak akan mengalami kehilangan pertumbuhan rata-rata 6 – 7%, pada ayam petelur dapat menyebabkan molting yang hebat dan produksi telur berhenti (Wahyu, 1997). Atas dasar pertimbangan tersebut, maka dalam penyusunan ransum diperlukan tambahan protein (asam amino sintetik) atau protein supplement yang kaya akan kandungan asam-asam amino esensial. Asam amino esensial tersebut antara lain arginin, lisin, glisin, histidin, leusin, isoleusin, sistin, phenilalanin, tirosin, threonin, tryptophan, valin dan metionin. Penggunaan protein supplement biasanya dicampurkan dalam premiks, konsentrat atau langsung ke dalam ransum ternak.
Dari jenis asam amino esensial tersebut, metionin dan lisin yang lebih banyak defisien. Asam amino lisin dan metionin biasanya dipakai dalam jumlah 0,1 hingga 0,2% tergantung banyaknya pemakaian protein nabati. Semakin banyak protein nabati yang digunakan, maka penambahan asam amino tersebut semakin dibutuhkan (Amrullah, 2002). Penambahan asam amino dapat bersifat toksik hanya apabila dalam jumlah yang relatif sangat tinggi dibandingkan asam-asam amino yang lain. Sebagai contoh bila anak ayam diberi pakan ad libitum dengan kandungan protein 10% dan 1,5% metionin maka konsumsi ransum dan pertumbuhannya akan menurun tajam (Murwani et. al., 2002). Pakan yang mengandung asam amino yang seimbang akan mempunyai nilai biologis protein yang lebih baik. Protein dapat dicerna sehingga asam amino dapat diserap tubuh dan lebih banyak diretensi oleh tubuh ternak.
Pakan yang baik dan berkualitas harus memenuhi persyaratan mutu yang mencakup aspek keamanan pakan, aspek kesehatan ternak, aspek keamanan pangan dan aspek ekonomi. Keempat aspek tersebut penting untuk dipenuhi karena akan berpengaruh pada kesehatan ternak, penyediaan pangan hasil ternak dan keamanan konsumen dalam mengkonsumsi pangan hasil ternak, serta efisiensi biaya agar dihasilkan pakan yang bernilai ekonomis. Begitu juga halnya dengan jenis pakan yang diberikan pada ternak untuk keperluan pengobatan atau pencegahan penyakit yang sering disebut dengan pakan obat (medicated feed).
Pakan obat (medicated feed) adalah setiap pakan yang mengandung obat hewan sebagaimana ditetapkan dalam Panduan Prosedur Codex Alimentarius Commission. Tujuan penggunaan medicated feed adalah untuk memelihara kesehatan, meningkatkan pertumbuhan dan efisiensi pakan ternak. Hal yang perlu dicermati dalam pemakaian medicated feed adalah kesesuaian produk dengan label komposisi dari perusahaan yang tertera dalam kemasan dan residu obat yang tersimpan dalam jaringan tubuh ternak, mengingat produk yang dihasilkan harus memenuhi syarat ASUH (Aman, Sehat, Utuh dan Halal). Produk pangan hewani harus berasal dari ternak yang sehat dan aman untuk dikonsumsi.
Obat-obatan ternak pada umumnya digunakan untuk beberapa tujuan yang berbeda. Tujuan tersebut antara lain untuk pencegahan dan pengobatan penyakit, perangsang pertumbuhan mengendalikan reproduksi dan menekan terjadinya stress pada ternak sebelum ternak dipotong. Obat-obatan yang banyak digunakan adalah obat anti bakteri, anti jamur, anti parasit dan obat anti cacing. Penambahan obat-obatan ternak anti bakteri ke dalam ransum pakan ternak, pada awalnya bertujuan untuk meningkatkan laju pertumbuhan berat badan atau meningkatkan laju efisiensi pakan. Pemberian obat-obatan dengan dosis berlebihan pada hewan ternak yang akan dikonsumsi manusia perlu dikurangi seminimal mungkin, sebab residu obat yang terdapat dalam daging hewan ternak tersebut dapat menimbulkan gangguan kesehatan pada manusia yang mengkonsumsi daging tersebut.
Residu obatan-obatan yang terdapat dalam daging hewan ternak itu berpotensi menjadi karsinogen atau perangsang timbulnya kanker pada manusia. Bahkan, obat-obatan yang diberikan di bawah takaran dosisnya berpotensi menimbulkan turunan bakteri yang resisten terhadap obat-obatan. Seterusnya, dapat mengakibatkan penyakit pada manusia yang mengkonsumsi daging hewan ternak itu. Selain itu, obat-obatan yang diberikan pada hewan ternak dapat bersifat alergi, baik pada hewan ternak maupun manusia yang mengkonsumsinya seperti penisilin. Guna menjadikan produk daging hewan ternak di Indonesia benar-benar aman dikonsumsi dari aspek kesehatan, sudah saatnya pemerintah menyusun peraturan dan standarisasi mengenai residu obat-obatan ternak di dalam makanan. Perlunya informasi kepada peternak untuk mengurangi penggunaan antibiotik, hormon, bahan-bahan kimia dan menggunakan produk yang aman, efektif dan ramah lingkungan.

No comments:

Post a Comment