Hijauan
memegang peranan penting pada produksi ternak ruminansia, karena pakan
yang dikonsumsi oleh sapi, kerbau, kambing, dan domba sebagian besar
dalam bentuk hijauan, tetapi ketersediaannya baik kualitas, kuantitas,
maupun kontinyuitasnya masih sangat terbatas. Petani pada umumnya
memberikan pakan pada ternak tidak ditentukan jumlahnya, sehingga masih
kurang atau terlalu banyak sisa terbuang. Oleh karena itu diperlukan
suatu cara untuk mengoptimalkan penggunaan pakan yang diberikan pada
ternak tersebut. Optimalisasi dan efesiensi tersebut dapat dilakukan
apabila diketahui besarnya kandungan nutrient, konsumsi, dan kecernaan
bahan pakan tersebut.
Tipe evaluasi pakan pada prisipnya ada 3 yaitu metode In vitro, Insacco, In vivo. Tipe evaluasi pakan In vivo
merupakan metode penentuan kecernaan pakan menggunakan hewan percobaan
dengan analisis pakan dan feses. Pencernaan ruminansia terjadi secara
mekanis, fermentative, dan hidrolisis. Dengan metode Invivo dapat
diketahui pencernaan bahan pakan yang terjadi di dalam seluruh saluran
pencernaan ternak, sehingga nilai kecernaan pakan yang diperoleh
mendekati nilai sebenarnya. Koefisien cerna yang ditentukan secara In
vivo biasanya 1% sampai 2 % lebih rendah dari pada nilai kecernaan yang
diperoleh secara In vitro.
Domba
pada dasarnya adalah ternak pemakan rumput dan berbeda dengan kambing
yang cenderung sebagai pemakan semak atau legum. Domba memiliki cara
makan yang kurang memilih dibanding ternak kambing, sehingga
memungkinkan dapat hidup lebih baik pada daerah yang lebih kering dengan
kondisi suplai pakan yang fluktuatif dari segi kualitas maupun
kuantitasnya. Hijauan yang segar atau campuran hijauan dengan
konsentrat, hendaknya diberikan pada domba dengan sistem pemeliharaan
dikandangkan. Jumlah pakan yang diberikan sekitar 3% dari bobot badan
berdasarkan bahan kering.
Pakan
ternak merupakan komponen biaya produksi terbesar dalam suatu usaha
peternakan. Oleh karena itu pengetahuan tentang pakan dan pemberiannya
perlu mendapat perhatian yang serius. Ransum yang diberikan kepada
ternak harus diformulasikan dengan baik dan semua bahan pakan yang
dipergunakan dalam menyusun ransum harus mendukung produksi yang optimal
dan efisien sehingga usaha yang dilakukan dapat menjadi lebih
ekonomis.Hal-hal yang berkaitan dengan pemberian pakan ternak adalah
kebutuhan nutrisi ternak, komposisi nutrisi bahan pakan penyusun ransum
dan bagaimana beberapa bahan dapat dikombinasikan (penyusunan ransum
standar) untuk mencukupi kebutuhan ternak (Subandriyo et al. 2000).
Kecernaan
In vivo merupakan suatu cara penentuan kecernaan nutrient menggunakan
hewan percobaan dengan analisis nutrient pakan dan feses (Tillman et al.
2001). Anggorodi (2004) menambahkan pengukuran kecernaan atau nilai
cerna suatu bahan merupakan usaha untuk menentukan jumlah nutrient dari
suatu bahan yang didegradasi dan diserap dalam saluran pencernaan. Daya
cerna merupakan persentse nutrient yang diserap dalam saluran pencernaan
yang hasilnya akan diketahui dengan melihat selisih antara jumlah
nutrient yang dikonsumsi dengan jumlah nutrient yang dikeluarkan dalam
feses.
Domba mampu mengkonsumsi pakan berserat, biasanya jerami yang telah dipotong-potong (chop).
Secara alami, domba senang mengkonsumsi rumputrumputan,namun pemberian
pakan yang hanya berupa rumput-rumputan belum dapat memenuhi kebutuhan
zat-zat makanan sebagai sumber energi dan protein. Rumput hanya
merupakan bahan pakan sumber energi. Penambahan bahan pakan sebagai
sumber protein merupakan suatu hal yang mutlak dilakukan jika usaha
penggemukan domba berorientasi bisnis. Penambahan sumber protein akan
mempercepat pertumbuhan domba dan dalam skala luas mempercepat waktu
pemeliharaan sehingga domba bisa dijual lebih cepat (Sodiq & Abidin
2002).
Pencernaan
pada ternak ruminansia merupakan proses yang kompleks, melibatkan
interaksi yang dinamis antara makanan, mikroba dan hewan. Pencernaan
merupakan proses yang multi tahap. Proses pencernaan pada ternak
ruminansia terjadi secara mekanis di mulut, fermentatif oleh mikroba di
rumen, dan hidrolitis oleh enzim pencernaan di abomasum dan duodenum
hewan induk semang. Sistem fermentasi dalam perut ruminansia terjadi
pada sepertiga dari alat pencernaannya. Hal tersebut memberikan
keuntungan yaitu produk fermentasi dapat disajikan ke usus dalam bentuk
yang lebih mudah diserap. Namun ada pula kerugiannya, yakni banyak
energi yang terbuang sebagai CH4 (6-8%) dan sebagai panas fermentasi
(4-6%), protein bernilai hayati tinggi mengalami degradasi menjadi NH3,
dan mudah menderita ketosis (Sutardi 2006).
Oleh
karena itu sangat penting apabila dapat mengetahui kualitas suatu bahan
pakan dan daya cerna bahan pakan tersebut dalam alat pencernaan ternak
tersebut. Karena zat- zat makanan yang terdapat dalam pakan akan dicerna
menjadi zat makanan yang lebih sederhana, karbohidrat menjadi
monosakarida, protein menjadi asam amino,lemak menjadi asam lemak dan
gliserol. Jadi daya cerna suatu bahan pakan dapat didefinisikan sebagai
bahan pakan yang dikonsumsi oleh seekor ternak dan tidak dikeluarkan
lagi dalam bentuk feses.
No comments:
Post a Comment