Berbagai macam feed additive yang bersifat non nutritive menurut Wahju (1997) antara lain :
- Makanan tambahan pelengkap untuk memperbaiki tekstur dan kekuatan pakan pellet
- Flavoring agent yaitu zat pemberi bau enak yang dipergunakan untuk meningkatkan palatabilitas pakan
- enzim-enzim yang memperbaiki daya cerna di bawah kondisi tertentu
- Antibiotika, senyawa-senyawa arsen dan nitrofurans dipergunakan pada tingkat rendah untuk melindungi pakan dari serangan perusakan oleh mikroorganisme dan mencegah timbulnya keracunan yang disebabkan oleh mikroflora dalam usus.
- Antibiotika yang mempunyai spektrum luas (broad spectrum) dan daya absorpsi yang baik ditambahkan ke dalam pakan untuk memerangi penyakit khusus.
- Senyawa-senyawa kimia tertentu dipergunakan untuk meningkatkan daya penyembuhan dari antibiotika terhadap penyakit
- obat-obat pencegah cacing dalam saluran pencernaan
- Antioksidan untuk mencegah kerusakan asam-asam lemak yang tidak jenuh dan vitamin-vitamin yang larut dalam lemak karena proses peroksidasi
- sumber-sumber karotenoid ditambahkan dalam pakan untuk memperbaiki pigmentasi dari broiler dan kuning telur
- Hormon-hormon yang digunakan untuk memperbaiki metabolisme ayam antara lain :
a. Estrogen untuk memperbaiki pertumbuhan
b. Senyawa-senyawa thyroaktif untuk memperbaiki produksi telur,
kualitas telur, kualitas kulit telur dan mencegah degenerasi lemak pada
kondisi tertentu.
c. hormon untuk menghentikan molting (jatuh bulu).
Antibiotika
adalah kelompok zat kimia yang dapat dibuat secara sintetik ataupun
diturunkan dari organisme hidup, yang memiliki khasiat mematikan
(bakteriosid) atau menghambat pertumbuhan kuman (bakteriostatik). Tujuan
utama dari pemberian antibiotika pada ransum adalah agar dapat
menghambat pertumbuhan bakteri pathogen (bakteri penyebab penyakit),
mencegah kerusakan makanan dalam usus oleh bakteri dan mencegah
timbulnya racun oleh kerja bakteri (amonia). Efek lebih lanjut dari
pemberian antibiotika adalah kondisi kesehatan ternak akan lebih baik,
sehingga metabolisme zat gizi pakan akan meningkat. Pengaruh terhadap
tingkat produksi yaitu memperbaiki konversi ransum sehingga penggunaan
pakan lebih efisien.
Penggunaan antibiotik atau antimikrobial sebagai bahan aditif dalam
pakan ternak telah berlangsung lebih dari 40 tahun. Senyawa antibiotik
tersebut digunakan sebagai growth promotor dalam jumlah yang relatif kecil namun dapat meningkatkan efisiensi pakan (feed efficiency)
dan reproduksi ternak sehingga dengan penggunaan bahan aditif tersebut
peternak dapat memperoleh keuntungan lebih. Namun, akhir-akhir ini
penggunaan senyawa antibiotik mengalami penurunan dan bahkan di beberapa
negara telah melarang penggunaan antibiotik sebagai bahan aditif dalam
pakan ternak, hal ini disebabkan karena dua faktor utama. Pertama,
kemungkinan hadirnya residu dari antibiotik yang akan menjadi racun bagi
konsumen, penyebab kedua antibiotik dapat menciptakan mikro-organisme
yang resisten dalam tubuh manusia atau ternak (terutama bakteri-bakteri
pathogen seperti Salmonella, E. coli dan Clostidium perfrinens).
Dilaporkan penggunaan antibiotik pada pakan ternak unggas di North
Carolina (Amerika Serikat) mengakibatkan resistensi ternak terhadap Enrofloxacin, merupakan salah satu antibiotik yang direkomendasikan untuk membasmi bakteri Escherichia coli. Berikut hal-hal yang harus diperhatikan dalam pemilihan antibiotika sebagai tambahan bahan pakan :
- Kemampuan antibiotika tersebut untuk mengatasi gangguan bakteri pathogen yang sering menyerang ternak.
- Antibiotika memiliki tingkat keamanan yang paling baik, yaitu tingkat ambang dosis yang luas, sedikit diabsorpsi oleh dinding usus dan tidak cepat menimbulkan kekebalan
- Tidak mengganggu proses metabolisme zat ransum utama di dalam saluran pencernaan, tetapi justru menguntungkan terhadap proses metabolisme
Pada
umumnya formula pakan terdiri 60 - 65 % bahan bijian seperti gandum,
beras, sorghum, dan jagung dikombinasikan dengan beberapa bungkil kaya
lemak. Bahan baku dengan kandungan lemak yang tinggi seringkali
menyebabkan ketengikan pada bahan baku maupun pakan. Nilai peroksida di
atas 10 dianggap tidak aman dan mengindikasikan terjadinya ketengikan
pakan. Kondisi iklim yang panas dan lembab meningkatkan gejala
ketengikan oksidatif yang terdiri atas 2 jenis yaitu :
1. Ketengikan hidrolitik
Ketengikan hidrolitik dihasilkan dari aktivitas mikro organisma
terhadap lemak menyebabkan proses hidrolisis sederhana lemak menjadi
asam lemak, di-gliserida, mono-gliserida dan gliserol. Ketengikan
hidrolitik tidak mempengaruhi nilai nutrisi.
2. Peroksidasi lemak
Peroksidasi lemak menyebabkan pembentukan radikal bebas pada ikatan tak
jenuh akibat pemisahan hidrogen dari asam lemak tak jenuh, yang
menurunkan nilai energi lemak. Reaksi dipercepat dengan kehadiran
mineral-mineral jarang yang terdapat dalam oksigen.
Ketengikan
oksidatif dari lemak yang tidak jenuh dalam pakan dapat menyebabkan
kerusakan vitamin E, A dan D. Hasil perombakan dari ketengikan dapat
bereaksi dengan epsilon kelompok amino dari lisin karena dapat
menurunkan nilai biologis dan energy pakan. Untuk mencegah terjadinya
pengaruh ini dapat ditambahkan antioksidan ke dalam pakan.
Antioksidan adalah zat yang ditambahkan dalam ransum mencegah
terjadinya oksidasi lemak. Ada beberapa bentuk antioksidan, di antaranya
vitamin, mineral, dan fitokimia,
seperti ethoxyquin (6-ethoxy-1,2-dihydro-2,2,4-trimethyl-quinolin) atau
BHT (Butylated hydroxytoluen), Diphenyl-p-phenylenediamin (DPPD), namun
penggunaannya sekarang sudah dilarang karena berpengaruh buruk terhadap
proses-proses reproduksi mamalia. Vitamin E dan antioksidan lain
seperti BHT atau Endox dapat menahan peroksidasi dengan mengubahnya
kembali menjadi asam lemak semula. Jika peroksida dibiarkan berlanjut
akan terjadi pemecahan menjadi aldehid dan keton. Berbagai tipe
antioksidan berkerja bersama dalam melindungi sel normal dan
menetralisir radikal bebas.
Di banyak negara berkembang yang beriklim panas dan kelembaban tinggi,
masalah ketengikan oksidatif meningkatkan morbiditas dan mortilitas,
serta memperburuk konversi pakan yang mengurangi pendapatan peternak.
Pemanenan dan penyimpanan bahan baku pakan mempunyai pengaruh yang besar
terhadap stabilitas vitamin dan mineral. Penambahan antioksidan ke
dalam pakan maupun bahan bakunya dapat secara efektif mengurangi kasus
ketengikan oksidatif. Pada umumnya produsen bahan baku tidak menambahkan
atas dasar pertimbangan biaya dan penyimpanan dalam waktu lama di bawah
kondisi yang buruk seringkali menyebabkan ketengikan oksidatif pada
kandungan lemaknya. Dalam kasus yang sama, banyak vitamin dan mineral
premix impor disimpan dalam kurun waktu lama. Hanya vitamin yang stabil
yang mampu bertahan terhadap kondisi yang buruk. Langkah-langkah untuk
meminimalisir tejadinya ketengikan pada pakan :
1. Perbaiki kondisi penyimpanan misalnya ventilasi yang membantu menyediakan udara kering dan dingin,
2. Vitamin dan mineral premiks harus disimpan terpisah dan hanya dicampur sewaktu proses produksi pakan
3. Pakan tidak boleh disimpan lebih dari seminggu
4. Rotasi stok pakan sehingga pakan berumur tua selalu dikonsumsi terlebih dahulu
5. Gunakan antioksidan misalnya vitamin E, BHT dan Endox. Penambahan
sodium bikarbonat dan kaolin cukup membantu. Tingkat penggunaan dari
kebanyakan antioksidan berkisar 200 - 300 g/ton untuk bahan baku
mengandung lebih dari 10 % lemak. Pakan yang ditambahkan antioksidan
bisa tahan disimpan selama 3 - 6 minggu bahkan jika disimpan pada suhu
tinggi
(50 oC dan kelembaban nisbi 80 - 90 %).
*Yuni Primandini, S.Pt
Alumnus PS S-1 Nutrisi dan Makanan Ternak Fakultas Peternakan UNDIP
Mahasiswa Magister Ilmu Ternak Fakultas Peternakan UNDIP
*Yuni Primandini, S.Pt
Alumnus PS S-1 Nutrisi dan Makanan Ternak Fakultas Peternakan UNDIP
Mahasiswa Magister Ilmu Ternak Fakultas Peternakan UNDIP
DAFTAR PUSTAKA
Murwani, R., C. I. Sutrisno, Endang K., Tristiarti dan Fajar W. Kimia
dan Toksiologi Pakan. 2002. Diktat Kuliah Kimia dan Toksiologi Pakan.
Fakultas Peternakan, Universitas Diponegoro, Semarang. (Tidak
Dipublikasikan)
Suprijatna, E., Umiyati A. dan Ruhyat K. 2005. Ilmu Dasar Ternak Unggas. Cetakan I. Penebar Swadaya, Jakarta.
No comments:
Post a Comment