Analisis asam lemak bertujuan untuk mengetahui kandungan asam lemak
dalam bahan yang beberapa di antaranya bermanfaat bagi tubuh karena
mengandung omega 3, 6, dan 9. Analisis asam lemak dilakukan dalam dua
tahap yaitu tahap persiapan dan analisis. Tahap persiapan meliputi
hidrolisisdan esterifikasi menggunakan pereaksi natrium hidroksida dalam
metanol dan katalis boron triflorida sehingga dihasilkan ester asam
lemak dalam pelarut heksan. Selanjutnya dilakukan analisis dengan
menggunakan kromatografi gas yang telah diatur kondisinya.
Cara KerjaPenentuan Kadar Air
Cawan porselin dibersihkan dan dipanaskan dalam oven, lalu ditimbang sebagai bobot kosong. Contoh yang telah dihomogenkan ditimbang sebanyak 3 g dalam cawan dinyatakan sebagai bobot awal, kemudian cawan tersebut dimasukkan ke dalam oven dengan suhu 105oC selama 3-5 jam. Setelah proses pengeringan, cawan dikeluarkan dari oven dan dimasukkan ke dalam desikator, dan setelah dingin ditimbang dan dikeringkan kembali dalam oven sampai diperoleh bobot tetap sebagai bobot akhir.
Cara KerjaPenentuan Kadar Air
Cawan porselin dibersihkan dan dipanaskan dalam oven, lalu ditimbang sebagai bobot kosong. Contoh yang telah dihomogenkan ditimbang sebanyak 3 g dalam cawan dinyatakan sebagai bobot awal, kemudian cawan tersebut dimasukkan ke dalam oven dengan suhu 105oC selama 3-5 jam. Setelah proses pengeringan, cawan dikeluarkan dari oven dan dimasukkan ke dalam desikator, dan setelah dingin ditimbang dan dikeringkan kembali dalam oven sampai diperoleh bobot tetap sebagai bobot akhir.
Keterangan :
a= bobot cawan kosong
b= bobot cawan dan contoh sebelum pengabuan
c= bobot cawan dan contoh setelah dioven
a= bobot cawan kosong
b= bobot cawan dan contoh sebelum pengabuan
c= bobot cawan dan contoh setelah dioven
Kadar Abu
Cawan yang telah dibersihkan dipanaskan dalam tanur pada suhu 100oC selama 2 jam lalu ditimbang sebagai bobot kosong. Contoh yang telah diuapkan ditimbang teliti + 1g dalam cawan dan dinyatakan sebagai bobot awal, kemudian cawan tersebut dimasukkan ke dalam tanur suhu 600oC selama 5 jam. Setelah pemanasan cawan dimasukkan ke dalam desikator, dan setelah dingin ditimbang dan dipanaskan beberapa kali sampai diperoleh bobot tetap sebagai bobot akhir.
Keterangan:
a= bobot cawan kosong
b= bobot cawan dan contoh
c= bobot cawan dan contoh setelah pengabuan
Kadar Protein
Sampel ditimbang secara teliti sebanyak 200 mg, lalu dimasukkan ke dalam labu Kjeldhal. Selanjutnya ditambahkan selen dan 10 ml asam sulfat pekat dan didestruksi pada pemanas selama 2-3 jam atau sampai larutan menjadi jernih. Setelah proses destruksi lalu dipindahkan ke dalam labu destilasi kemudian diperiksa kandungan nitrogennya dengan menggunakan alat kjeltek.
a= bobot cawan kosong
b= bobot cawan dan contoh
c= bobot cawan dan contoh setelah pengabuan
Kadar Protein
Sampel ditimbang secara teliti sebanyak 200 mg, lalu dimasukkan ke dalam labu Kjeldhal. Selanjutnya ditambahkan selen dan 10 ml asam sulfat pekat dan didestruksi pada pemanas selama 2-3 jam atau sampai larutan menjadi jernih. Setelah proses destruksi lalu dipindahkan ke dalam labu destilasi kemudian diperiksa kandungan nitrogennya dengan menggunakan alat kjeltek.
Keterangan:
a= bobot contoh
b= volume HCl yang digunakan
6,25 = faktor konversi dari nitrogen ke protein
14 = Ar nitrogen
Kadar Lemak
Sampel ditimbang 3 g lalu dimasukkan ke thimble. Labu lemak yang telah bersih dimasukkan ke dalam oven, lalu ditambahkan batu didih dan ditimbang sebagai bobot kosong.
Thimble dimasukkan ke dalam soklet, kemudian labu lemak dihubungkan dengan soklet dan ditambahkan pelarut heksan 150 ml melewati soklet. Labu lemak dan soklet dihubungkan dengan penangas dan diekstrak selama 6 jam. Setelah ekstraksi selesai, labu lemak dievaporasi untuk menghilangkan pelarut. Selanjutnya labu lemak dimasukkan ke dalam oven 1 suhu 105oC selama 1 jam. Setelah dingin ditimbang sebagai bobot akhir (bobot labu dan lemak).
a= bobot contoh
b= volume HCl yang digunakan
6,25 = faktor konversi dari nitrogen ke protein
14 = Ar nitrogen
Kadar Lemak
Sampel ditimbang 3 g lalu dimasukkan ke thimble. Labu lemak yang telah bersih dimasukkan ke dalam oven, lalu ditambahkan batu didih dan ditimbang sebagai bobot kosong.
Thimble dimasukkan ke dalam soklet, kemudian labu lemak dihubungkan dengan soklet dan ditambahkan pelarut heksan 150 ml melewati soklet. Labu lemak dan soklet dihubungkan dengan penangas dan diekstrak selama 6 jam. Setelah ekstraksi selesai, labu lemak dievaporasi untuk menghilangkan pelarut. Selanjutnya labu lemak dimasukkan ke dalam oven 1 suhu 105oC selama 1 jam. Setelah dingin ditimbang sebagai bobot akhir (bobot labu dan lemak).
Keterangan:
a= bobot contoh
b= bobot labu lemak dan labu didih
c= bobot labu lemak, batu didih dan lemak
Serat Kasar
Contoh yang telah digunakan pada penetapan lemak ditimbang dengan teliti + 500 mg lalu dimasukkan ke dalam erlenmeyer. Selanjutnya ditambahkan 100 ml asam sulfat 1,25% dan dipanaskan sampai mendidih. Setelah 1 jam ditambahkan 100 ml natrium hidroksida 3,25%, dipanaskan kembali sampai mendidih selama 1 jam, kemudian didinginkan dan disaring dengan menggunakan kertas saring yang telah diketahui bobotnya. Endapan dicuci dengan asam sulfat encer dan alkohol, lalu kertas saring dan endapan dikeringkan dalam oven dan ditimbang.
a= bobot contoh
b= bobot labu lemak dan labu didih
c= bobot labu lemak, batu didih dan lemak
Serat Kasar
Contoh yang telah digunakan pada penetapan lemak ditimbang dengan teliti + 500 mg lalu dimasukkan ke dalam erlenmeyer. Selanjutnya ditambahkan 100 ml asam sulfat 1,25% dan dipanaskan sampai mendidih. Setelah 1 jam ditambahkan 100 ml natrium hidroksida 3,25%, dipanaskan kembali sampai mendidih selama 1 jam, kemudian didinginkan dan disaring dengan menggunakan kertas saring yang telah diketahui bobotnya. Endapan dicuci dengan asam sulfat encer dan alkohol, lalu kertas saring dan endapan dikeringkan dalam oven dan ditimbang.
Keterangan :
a = bobot contoh
b = bobot endapan
c =bobot abu
Pada Table 12.1 disajikan contoh hasil analisis kandungan beberapa senyawa dalam kacang-kacangan
Tabel 12.1. Hasil analisis proksimat pada sampel kacang-kacangan (%)
a = bobot contoh
b = bobot endapan
c =bobot abu
Pada Table 12.1 disajikan contoh hasil analisis kandungan beberapa senyawa dalam kacang-kacangan
Tabel 12.1. Hasil analisis proksimat pada sampel kacang-kacangan (%)
Asam Lemak
Sampel (minyak) ditimbang 0,2 g dalam tabung reaksi tertutup, kemudian ditambahkan 2 ml natrium hidroksida dalam metanol, dipanaskan pada suhu 80oC selama 20 menit, kemudian diangkat dan dibiarkan dingin. Selanjutnya ditambahkan 2 ml larutan boron trifluorida 20% dan dipanaskan kembali selama 20 menit, kemudian diangkat, dibiarkan dingin dan ditambahkan 2 ml natrium klorida jenuh serta 2 ml larutan heksan. Setelah itu campuran dikocok sampai merata, lalu lapisan heksannya diambil dan dimasukkan ke tabung uji (evendop).
Kondisi alat kromatografi gas yang digunakan untuk analisis asam lemak adalah:
Sampel (minyak) ditimbang 0,2 g dalam tabung reaksi tertutup, kemudian ditambahkan 2 ml natrium hidroksida dalam metanol, dipanaskan pada suhu 80oC selama 20 menit, kemudian diangkat dan dibiarkan dingin. Selanjutnya ditambahkan 2 ml larutan boron trifluorida 20% dan dipanaskan kembali selama 20 menit, kemudian diangkat, dibiarkan dingin dan ditambahkan 2 ml natrium klorida jenuh serta 2 ml larutan heksan. Setelah itu campuran dikocok sampai merata, lalu lapisan heksannya diambil dan dimasukkan ke tabung uji (evendop).
Kondisi alat kromatografi gas yang digunakan untuk analisis asam lemak adalah:
Hasil preparasi kemudian diinjeksikan ke alat kromatografi gas ketika
suhu menunjukkan 150oC. Tombol start pada rekorder dan alat ditekan,
dan hasilnya akan keluar berupa kromatogram. Selanjutnya dilakukan
analisis kualitatif dan kuantitatif.
Berdasarkan kromatogram yang diperoleh, kemudian dilakukan pencocokan waktu retensi yang sama atau mendekati waktu retensi standar asam lemak. Kadar asam lemak dihitung dengan rumus sebagai berikut:
Berdasarkan kromatogram yang diperoleh, kemudian dilakukan pencocokan waktu retensi yang sama atau mendekati waktu retensi standar asam lemak. Kadar asam lemak dihitung dengan rumus sebagai berikut:
Keterangan:
Lc = luas area contoh
Ls = luas area standar
Cs = konsentrasi standar
V = volume akhir
b = bobot contoh
Tabel 11.2. Hasil analisis asam lemak pada beberapa contoh kacang-kacangan
Lc = luas area contoh
Ls = luas area standar
Cs = konsentrasi standar
V = volume akhir
b = bobot contoh
Tabel 11.2. Hasil analisis asam lemak pada beberapa contoh kacang-kacangan
“ANALISIS PROKSIMAT”
Untuk mengetahui komposisi susunan kimia dan kegunaannya suatu bahan
pakan dilakukan analisis kimia yang disebut analisis proksimat. Cara ini
dikembangkan dan Weende Experiment Station di Jerman oleh Henneberg dan
Stokman pada tahun 1865, dengan menggolongkan komponen yang ada pada
makanan. Metode ini didasarkan pada komposisi susunan kimia dan kegunaan
bahan makanan. Selanjutnya, metode ini terus dipakai dan dikenal dengan
nama analisis proksimat.
Analisis Proksimat merupakan suatu metode analisis kimia untuk mengidentifikasikan kandungan zat makanan dari suatu bahan pakan atau pangan. Komponen fraksi yang dianalisis masih mengandung komponen lain dengan jumlah yang sangat kecil, yang seharusnya tidak masuk ke dalam fraksi yang dimaksud, itulah sebabnya mengapa hasil analisis proksimat menunjukkan angka yang mendekati angka fraksi yang sesungguhnya.
Analisis proksimat menganalisis beberapa komponen seperti zat makanan air (Bahan Kering), bahan anorganik (abu), protein, lemak, dan serat kasar. Di bawah ini adalah skema analisis wendee.
Istilah proksimat memiliki pengertian bahwa hasil analisisnya tidak menunjukan angka sesungguhnya, tetapi mempunyai nilai mendekati. Hal ini disebabkan dari komponen praktisi yang dianalisisnya masih mengandung komponen lain yang jumlahnya sangat sedikit yang seharusnya tidak masuk kedalam fraksi yang dimaksud. Namun demikian analisis kimia ini adalah yang paling ekonomis (relative) dan datanya cukup memadai untuk digunakan dalam penelitian dan keperluan praktis.
Analisis Proksimat merupakan suatu metode analisis kimia untuk mengidentifikasikan kandungan zat makanan dari suatu bahan pakan atau pangan. Komponen fraksi yang dianalisis masih mengandung komponen lain dengan jumlah yang sangat kecil, yang seharusnya tidak masuk ke dalam fraksi yang dimaksud, itulah sebabnya mengapa hasil analisis proksimat menunjukkan angka yang mendekati angka fraksi yang sesungguhnya.
Analisis proksimat menganalisis beberapa komponen seperti zat makanan air (Bahan Kering), bahan anorganik (abu), protein, lemak, dan serat kasar. Di bawah ini adalah skema analisis wendee.
Istilah proksimat memiliki pengertian bahwa hasil analisisnya tidak menunjukan angka sesungguhnya, tetapi mempunyai nilai mendekati. Hal ini disebabkan dari komponen praktisi yang dianalisisnya masih mengandung komponen lain yang jumlahnya sangat sedikit yang seharusnya tidak masuk kedalam fraksi yang dimaksud. Namun demikian analisis kimia ini adalah yang paling ekonomis (relative) dan datanya cukup memadai untuk digunakan dalam penelitian dan keperluan praktis.
Ada beberapa kelebihan analisis proksimat dalam mengidentifikasi bahan makanan, diantaranya :
1. Banyak senyawa yang dapat dihitung pada bagian-bagiannya per miliar
2. Murah
3. Cepat
4. Mudah disesuaikan
1. Banyak senyawa yang dapat dihitung pada bagian-bagiannya per miliar
2. Murah
3. Cepat
4. Mudah disesuaikan
Adapun beberapa kekurangan analisis ini adalah :
1. Analisis Air
> Tidak hanya air yang menguap, tetapi juga senyawa – senyawa asam – basa organic sederhana (BM rendah) yang ikut menguap (misal : asam asetat, asam butirat, propionate, ester dan lai – lain)
> Air yang terikat dalam senyawa unsure sukar untuk menguap sehingga mengurangi total air yang sebenarnya.
1. Analisis Air
> Tidak hanya air yang menguap, tetapi juga senyawa – senyawa asam – basa organic sederhana (BM rendah) yang ikut menguap (misal : asam asetat, asam butirat, propionate, ester dan lai – lain)
> Air yang terikat dalam senyawa unsure sukar untuk menguap sehingga mengurangi total air yang sebenarnya.
2. Analisis Abu
> Tidak seluruhnya unsure utama pembentuk senyawa organic dapat terbakar dan berubah menjadi gas oksigen yang masih tinggal dama abu sehingga senyawa oksida (missal : CaO) dan karbon sebagai karbonat.
> Sebagian mineral tertentu menguap menjadi gas (missal : sulfur sebagai H2S).
> Tidak seluruhnya unsure utama pembentuk senyawa organic dapat terbakar dan berubah menjadi gas oksigen yang masih tinggal dama abu sehingga senyawa oksida (missal : CaO) dan karbon sebagai karbonat.
> Sebagian mineral tertentu menguap menjadi gas (missal : sulfur sebagai H2S).
3. Analisis Protein Kasar
> Nitrogen yang terdapat dalam bahan selain terdapat dalam protein juga terdapat dalam senyawa organic lain yang bukan protein. Senyawa nitrogen yang bukan berasal dari senyawa protein disebut NPN 9non protein nitrogen) sehingga terhitung sebagai PK
> Nilai 6,25 tidak selalu tetap, tergantung bahan yang dianalisis. Umumnya protein nabati kurang dari 6,25.
> Nitrogen yang terdapat dalam bahan selain terdapat dalam protein juga terdapat dalam senyawa organic lain yang bukan protein. Senyawa nitrogen yang bukan berasal dari senyawa protein disebut NPN 9non protein nitrogen) sehingga terhitung sebagai PK
> Nilai 6,25 tidak selalu tetap, tergantung bahan yang dianalisis. Umumnya protein nabati kurang dari 6,25.
4. Analisis Lemak Kasar
> Tidak hanya lemak yang dapat larut dalam pelarut, tetapi terdapat pula senyawa komponen organic lainnya yang bukan lemak larut dalam pelarutlemak (misal : pigmen, asam organic, klorofil, sterol, vitamin A,D,E,K)
> Lemak dengan bobot molekul besar serta komplek sulit larut dalam pelarut lemak.
> Tidak hanya lemak yang dapat larut dalam pelarut, tetapi terdapat pula senyawa komponen organic lainnya yang bukan lemak larut dalam pelarutlemak (misal : pigmen, asam organic, klorofil, sterol, vitamin A,D,E,K)
> Lemak dengan bobot molekul besar serta komplek sulit larut dalam pelarut lemak.
5. Analisis Serat Kasar
> Terdapat sebagian kecil senyawa organic yang tergolong serat masih dapat larut dalam asam dan basa encer, sehingga mengurangi nilai kandungan komponen serat.
> Terdapat sebagian kecil senyawa organic yang tergolong serat masih dapat larut dalam asam dan basa encer, sehingga mengurangi nilai kandungan komponen serat.
Bahan yang biasa di analisis menggunakan analisis proksimat:
1. Bahan kering
Bahan kering diperoleh dengan jalan memanaskan bahan pakan 105 selama beberapa jam sehingga semua air yang ada menguap. Kondisi ini disebut juga kering mutlak, kering oven, kering mutlak atau dry matter. Hijauan pakan segar berkadar air sangat tinggi, setelah dikeringkan 550 C sampai beratnya tetap diperoleh bahan pakan dalam kondisi kering udara, disebut juga berat kering, kering angin atau dry weight.
Bahan pakan konsentrat pada umumnya berada pada kondisi ini dan sering disebut kondisi ASFED (keadaan apa adanya).
2. Abu
Abu atau mineral diperoleh dengan jalan membakar sempurna bahan pakan pada temperatur 5500 C sampai semua bahan oganik terbakar.
3. Ekstrak ether (EE)
Semua bahan organik yang larut dalam pelarut lemak termasuk lipida dan zat yang tidak berlemak. Dengan demikian bukan gambaran lemak yang sebenarnya (gliserol dan 3 asam lemak). Energi lemak adalah 9 kcal/g, bagaimana dengan EE?, apakah juga menghasilkan kalori sebesar 9 kcal/g.
4. Serat kasar (SK)
Serat kasar (SK) : adalah bahan organik yang tahan terhadap hidrolisis asam dan basa lemah.
5. Protein kasar (PK)
Protein kasar diperoleh dan hasil penetapan N X 6,25 (protein rata-rata mengandung N 16 %). Protein merupakan kumpulan asam amino yang saling diikatkan dengan ikatan peptida. Energi protein 5,50 kcal/g, bila digunakan sebagai energi 1,25 kcal/g keluar sebagai urea dan setiap unit protein, tinggal 4,25 kcal/g. Oleh karena digesti protein tidak sempurna, nilai energi berkurang 0,25 kcal/g jadi tinggal 4 kcal/g.
6. Ekstrak tanpa nitrogen (ETN)
Ektrak tanpa nitrogen diperoleh dengan jalan sbb: 100 – (5K + FE + PK + Abu). Ekstrak tanpa nitrogen terdiri dan karbohidrat yang mudah larut terutama pati yang kecernaannya tinggi. Energi yang dihasilkan sekitar 3,75-4,75 kcal/g. Rata-rata karbohidrat mengandung energi 4 kcal/g. Berdasarkan hasil analisis proksimat (analisis Weende) diperoleh nutrien yang terbagi dalam 7 komponen : Zat organik (Karbohidrat, Lemak, Protein, Vitamin) dan Zat anorganik (Air, Udara, Mineral).
1. Bahan kering
Bahan kering diperoleh dengan jalan memanaskan bahan pakan 105 selama beberapa jam sehingga semua air yang ada menguap. Kondisi ini disebut juga kering mutlak, kering oven, kering mutlak atau dry matter. Hijauan pakan segar berkadar air sangat tinggi, setelah dikeringkan 550 C sampai beratnya tetap diperoleh bahan pakan dalam kondisi kering udara, disebut juga berat kering, kering angin atau dry weight.
Bahan pakan konsentrat pada umumnya berada pada kondisi ini dan sering disebut kondisi ASFED (keadaan apa adanya).
2. Abu
Abu atau mineral diperoleh dengan jalan membakar sempurna bahan pakan pada temperatur 5500 C sampai semua bahan oganik terbakar.
3. Ekstrak ether (EE)
Semua bahan organik yang larut dalam pelarut lemak termasuk lipida dan zat yang tidak berlemak. Dengan demikian bukan gambaran lemak yang sebenarnya (gliserol dan 3 asam lemak). Energi lemak adalah 9 kcal/g, bagaimana dengan EE?, apakah juga menghasilkan kalori sebesar 9 kcal/g.
4. Serat kasar (SK)
Serat kasar (SK) : adalah bahan organik yang tahan terhadap hidrolisis asam dan basa lemah.
5. Protein kasar (PK)
Protein kasar diperoleh dan hasil penetapan N X 6,25 (protein rata-rata mengandung N 16 %). Protein merupakan kumpulan asam amino yang saling diikatkan dengan ikatan peptida. Energi protein 5,50 kcal/g, bila digunakan sebagai energi 1,25 kcal/g keluar sebagai urea dan setiap unit protein, tinggal 4,25 kcal/g. Oleh karena digesti protein tidak sempurna, nilai energi berkurang 0,25 kcal/g jadi tinggal 4 kcal/g.
6. Ekstrak tanpa nitrogen (ETN)
Ektrak tanpa nitrogen diperoleh dengan jalan sbb: 100 – (5K + FE + PK + Abu). Ekstrak tanpa nitrogen terdiri dan karbohidrat yang mudah larut terutama pati yang kecernaannya tinggi. Energi yang dihasilkan sekitar 3,75-4,75 kcal/g. Rata-rata karbohidrat mengandung energi 4 kcal/g. Berdasarkan hasil analisis proksimat (analisis Weende) diperoleh nutrien yang terbagi dalam 7 komponen : Zat organik (Karbohidrat, Lemak, Protein, Vitamin) dan Zat anorganik (Air, Udara, Mineral).
No comments:
Post a Comment