MOHON MAAF BLOG SEDANG DALAM PENYETELAN TEMPLATE AGAR KAMI BISA LEBIH PROFESIONAL LAGI DALAM MEMBERIKAN INFO YANG ANDA BUTUHKAN, MOHON BERSABAR INI TIDAK BERLANGSUNG LAMA,TERIMA KASIH ATAS PENGERTIANNYA...
English French German Spain Italian Dutch Russian Brazil Japanese Korean Arabic Chinese Simplified
Translate Widget by Google

Teknik Pemberian Pakan.

Kunci keberhasilan pencapaian produksi telur yang optimal terletak pada managemen pemeliharaan meliputi manajemen perkandangan, pencahayaan, managemen program kesehatan dan yang pasti managemen pemberian pakan. Manajemen pemberian pakan penting diperhatikan dikarenakan pada fase ini layer membutuhkan intake nutrisi yang cukup untuk mencapai produksi yang optimal. Pada kesempatan kali ini akan di bahas mengenai manajemen pemberian pakan.

a. Pengadaan Pakan dan Bahan Baku Campuran

Pada ternak layer fase produksi, pakan merupakan sumber utama asupan nutrisi bagi produksi telur dan untuk memelihara fungsi tubuh secara normal. Kandungan nutrisi pakan dan jumlah pakan yang harus diberikan per ekor perhari dipengaruhi oleh strain dan lingkungan setempat

Pada umumnya saat ini peternak layer skala kecil dan menengah menggunakan pakan konsentrat (K 204 36, AS 204 K, F 124 K) ataupun pakan komplit (Fly 204, B 204 SG, B 204 SP ). Sedangkan bagi peternak besar biasanya sudah mampu membuat pakan sendiri (self mixing) dengan mencampurkan beberapa jenis bahan baku seperti SBM, MBM, FM dll. Bagi peternak self mixing tetap disarankan untuk menggunakan pakan pabrik (pakan komersial) yang berguna sebagai kontrol apakah formula dan campuran yang dibuat sendiri tidak bermasalah. Dengan kata lain pakan komersial itu berfungsi sebagai pembanding. Hal ini dilakukan juga karena keterbatasan kemampuan peternak self mixing dalam menyeleksi bahan baku yang dibeli.

Bagi peternak yang menggunakan pakan konsentrat seperti K 204 36,F1 dll, harus membuat campuran dahulu antara katul, jagung dan konsentrat sesuai dengan rekomendasi pabrik pakan. Jagung merupakan bahan baku sumber Energi dan juga sumber xantofil dan karotenoid. Xantofil dibutuhkan oleh ayam dalam pembentukan warna kuning telur (egg yolk), sedangkan karotenoid selain sebagai precursor pembetukan vitamin A juga membantu untuk memelihara system immune tubuh sebagai bahan antioksidan. Sehingga disarankan untuk membeli jagung dengan kualitas baik. Secara fisik jagung yang baik terlihat bersih, tidak berjamur (berwarna kecoklatan), tidak banyak tongkol giling, dan komposisinya biji pecahnya sedikit. Apabila banyak terdapat biji pecahnya memudahkan jamur berkembang yang akibatnya akan menyebabkan jagung terkontaminasi dengan micotoxin.

Selain itu peternak diharapkan dapat memilih katul dengan kualitas baik, dikarenakan sampai saat ini masih sering ditemukan kecurangan-kecurangan dalam perniagaan katul. Sampai saat ini kecurangan yang sering dijumpai adalah mencampur katul dengan sekam giling, onggok, serbuk gergaji dan tepung kapur. Sehingga hal ini menyebabkan nilai nutrient dari katul akan berkurang seperti turunnya level energi, meningkatnya serat kasar dan abu yang aka berakibat menurunnya nilai kecernaan dari bekatul tersebut. Dan yang pada akhirnya akan mempengaruhi komposisi campuran pakan yang akan diberikan ke ayam. Tips untuk memilih katul yang baik dengan cara cepat yaitu dengan :

1. Uji remas, untuk merasakan tekstur katul, jika di rasakan ada ketidakwajaran (terlalu kasar/terlalu halus) bisa dilakukan test-test berikutnya
2. Uji Apung, dengan cara memasukkan katul kedalam air, jika banyak pertikel yang mengapung maka diduga banyak kontaminasi sekam/jerami giling.
3. Uji densitas, pada umumnya hasil test densitas katul dilaboratorium berkisar yaitu 0.35 g/ml – 0.40 g/ml, jika densitasnya ekstrim diatas densitas normal bisa diduga ada kontaminasi tepung kapur, atau jika ekstrim dibawah normal bisa diduga katul tersebut terkontaminasi dengan sekam/jerami giling.
4. Test Phloroglucinol, bisa meminta bantuan TS terdekat.

Selain dengan ketelitian pemilihan bahan baku maka diperlukan juga keakuratan penghitungan prosentase bahan yang akan dicampur akan menjamin kualitas campuran pakan konsentrat yang akan diberikan.

Dalam management pakan ini selain memperhatikan kandungan pakan juga harus diperhatikan teknik pemberiannya. Pada umumnya untuk daerah tropis dengan suhu berkisar 30 'C pemberian pakan bervariasi antara 110 + 3g sampai 120 + 3 g, angka ini tergantung dari umur, strain, prosentase produksi, dan kondisi lingkungan. Metode pemberiannya tidak adlibitum, tetapi diberikan dengan batasan-batasan untuk lebih mengefisienkan pakan yang diberikan.

Pemberian pakan biasanya dilakukan 2 – 3 kali dalam sehari. Akan tetapi untuk menjaga kondisi pakan supaya tetap segar dan higienis maka dapat diberikan sebanyak 3 kali, yaitu pagi dan sore. Pakan diberikan pagi hari sekitar pukul 05.00 – 05.30 sebanyak 40%, dan kemudian diberikan sebanyak 30% setelah pukul 15.00 dan sisanya setelah pukul 18.00. Pemberian pakan sore hari lebih banyak bertujuan agar feed intake dapat tercapai. Stress panas pada sore hari cenderung lebih berkurang sehingga nafsu makan akan meningkat.

Selain itu untuk mencapai feed intake standart maka perlu dilakukan perlakuan midnight feeding, kurang lebih selama 2 Jam dari jam 00.00 sampai jam 02.00. Hal ini dapat dilakukan karena sehabis tidur diharapkan nafsu makan layer akan meningkat. Dengan perlakuan ini akan menyediakan suplay Ca dan P lewat pakan yang dapat langsung digunakan untuk membantu mengoptimalkan pembentukan kerabang telur. Dan untuk ternak setelah masa puncak atau berumur tua dapat dilakukan pemberian Grit dengan metode 3:3:3, yang dimaksud adalah sebanyak 3 gram, dengan ukuran partikel 3 mm dan diberikan setelah jam 3 sore. Perlakuan ini dapat dilakukan setiap hari sampai afkir. Hal ini untuk menjaga kestabilan kualitas kerabang dan mengurangi kelumpuhan sesaat, karena mobilisasi Ca tulang untuk pembentukan kerabang.

No comments:

Post a Comment