MOHON MAAF BLOG SEDANG DALAM PENYETELAN TEMPLATE AGAR KAMI BISA LEBIH PROFESIONAL LAGI DALAM MEMBERIKAN INFO YANG ANDA BUTUHKAN, MOHON BERSABAR INI TIDAK BERLANGSUNG LAMA,TERIMA KASIH ATAS PENGERTIANNYA...
English French German Spain Italian Dutch Russian Brazil Japanese Korean Arabic Chinese Simplified
Translate Widget by Google

Tata Laksana Penetasan

Penetasan yang dimaksudkan dalam artikel ini adalah proses penetasan yang  besar pada usaha pembibitan itik maupun ayam. Hal ini disebabkan untuk sekali proses produksi bibit final stock paling sedikit 1.000 ekor. Adapun tata laksana proses penetasan adalah seperti berikut :
A. Penanganan Telur Tetas
Setelah telur tetas tiba di penetasan, telur-telur tersebut diseleksi kembali berdasarkan beratnya. Hal ini dilakukan terutama bila penanggung jawab penetasan dan peternakan (sumber telur tetas) berlainan. Tujuan seleksi telur adalah untuk mendapatkan bibit itik maupun ayam sesuai yang diharapkan. Dari tabel di bawah ini, dapat diketahui pengaruh berat telur terhadap berat awal anak ayam umur sehari yang ditetaskan dalam kondisi mesin tetas yang baik.

Tabel 1. Pengaruh Berat Telur Terhadap Berat DOC
Selain itu, dapat pula digunakan standar seperti berikut :
Berat anak ayam umur sehari (gram) = (2/3 x berat telur) ± 1 gram
(euribrid, form egg to chicken)
Setelah dilakukan seleksi ulang terhadap berat telur, kebersihan telur dan kondisi kulit telur, kemudian telur-telur ini difumigasi dengan kekuatan triple (120 cc formalin dan 60 gram KMn04) untuk ruangan 2.83 m3. Selanjutnya telur-telur ini dimasukan ke ruang pendingin sambil menunggu waktu untuk dimasukan ke dalam mesin setter (inkubator). Agar supaya telur tidak terkontaminasi lagi oleh bibit penyakit, letak ruang fumigasi sebaiknya langsung satu pintu dengan ruang pendingin (cold storage). Untuk telur tetas yang membutuhkan penyimpanan beberapa hari, ruang pendingin harus memiliki suhu atau temperatur ruang kurang dari 15°C dengan kelembapan 70 – 80 %. Sebaiknya lama penyimpanan telur tidak lebih dari 1 minggu sebab penyimpanan yang terlalu lama akan sangat berpengaruh negatif terhadap daya tetas serta bertambahnya waktu yang dibutuhkan untuk menetas. Pengaruh tersebut dapat dilihat pada tabel berikut :
Tabel 2. Pengaruh Lama Penyimpanan Telur Terhadap Daya Tetas serta Keterlambatan Penetasan
B. Penataan Ruang di Penetasan
Untuk mendapatkan efisiensi yang tinggi serta untuk mendapatkan sanitasi yang baik, maka penempatan ruang di penetasan menggunakan sistem one way system (telur berjalan satu jalur). Pada sistem ini, arah angin dapat diatur sedemikian rupa sehingga akan mengalir dari bagian yang bersih ke arah bagian yang kotor.
1. Ruang Fumigasi
Telur tetas yang telah tiba dari peternakan, langsung dimasukan ke ruang fumigasi, selanjutnya telur difumigasi dengan kekuatan 3 kali. Petugas yang membawa telur tetas dari peternakan hanya boleh memasukan telur sampai pintu bangunan penetasan dan tidak boleh masuk ke dalam ruang penetasan.
2. Ruang Penerimaan Telur (Ruang Sanitasi)
Setelah telur difumigasi, telur dipindahkan ke ruang penerimaan atau ruang seleksi telur. Di ruang ini, telu-telur diseleksi ulang berdasarkan :
  • Keutuhan kulit telur (yang retak di keluarkan)
  • Berat telur berdasarkan berat bibit yang dikehendaki
  • Tingkat kebersihan kulit telur
  • Bentuk telur (normal atau oval dan tidak terlalu memanjang) dan
  • Keadaan kulit telur (halus dan tidak banyak totol-totol)
Selain dilakukan seleksi ulang, telur tetas juga dipindahkan dari tray yang digunakan dari peternakan (asal telur) ke tray khusus yang akan digunakan dalam penetasan (mesin setter).
3. Ruang Penyimpanan Telur Tetas
Untuk telur-telur yang tidak langsung dimasukan ke setter (inkubator), karena menunggu hingga jumlah telur terpenuhi ataupun karena menunggu jadwal yang ditetapkan maka telur-telur ini dimasukan ke dalam ruang penyimpanan. Telur-telur tersebut diletakan pada rak dan diberi tanggal. Telur yang masuk ke ruang penyimpanan terlebih dahulu, harus dikeluarkan lebih dahulu pula.Umumnya, lama penyimpanan telur sebelum masuk ke mesin setter adalah 4 hari.
Suhu dalam ruang penyimpanan sebaiknya diatur pada 15ºC dengan kelembapan 70 – 80 %. Ruang penyimpanan ini harus tidak memiliki jendela, dinding dan daun pintunya harus dilapisi bahan yang tidak mudah lapuk dan berjamur bila terkena air. Petugas untuk ruang penyimpanan sebaiknya tersendiri serta dapat merangkap tugas memasukan telur ke inkubator. Untuk memudahkan petugas, sebaiknya pintu yang berhubungan degan ruang seleksi digembok dari sebelah dalam, sedangkan pintu yang ke arah ruang pre heating diberi kunci.
4. Ruang Pre Heating
Kurang lebih 6 jam sebelum dimasukan ke dalam inkubator, telur tetas sebaiknya dikeluarkan dari ruang penyimpanan kemudian dibawa ke ruangan yang bersuhu 22ºC (72ºF). Ruang ini sebaiknya berada langsung di ruangan mesin penetas. Manfaat penempatan telur di ruangan ini adalah agar suhu telur dapat berangsur-angsur naik sehingga bila dimasukan ke inkubator tidak menyebabkan turunnya suhu mesin tetas terlalu lama. Bila hal ini terjadi, maka telur yang terlebih dahulu berada dalam inkubator akan mengalami kegagalan menetas.
5. Ruang Mesin Penetas
Pada ruang inilah mesin penetas diletakan baik mesin setter (inkubator) maupun mesin hatcher. Letak mesin setter dan hatcher sebaiknya berpasangan (berhadapan). Agar sanitasi ruang terjaga, di antara ruang kedua mesin tersebut dipisahkan oleh dinding setinggi atap.
Pada dinding pemisah antar mesin tersebut dibuat pintu sorong yang dapat ditutup dan dibuka selebar kereta dorong inkubator. Pintu ini bertujuan untuk memudahkan pemindahan telur dari setter ke hatcher. Pada ruang hatcher diletakan pula meja-meja untuk candling (peropongan telur dan pengeluaran telur yang tidak fertil). Untuk memudahkan peneropongan, selain digunakan bola lampu yang kuat pada jendela kaca hatcher ditutup dengan kain tirai hitam yang dapat dibuka lagi setelah peropongan selesai.
Lantai untuk ruangan setter dan hatcher sebaiknya dibuat dari bahan yang  tidak mudah menyerap air agar fluktuasi kelembapan di dalam mesin setter dan hatcher tidak terjadi. Untuk kebutuhan ini, laintai dapat dibuat dari bahan keramik. Pada mesin tetas yang besar, biasanya lantainya adalah lantai gedung tersebut, sedangkan dinding dan atap unit dibuat oleh pabrik pembuat mesin tetas. Besarnya ruang setter dan hatcher tergantung pada banyaknya dan besarnya unit mesin tetas. Banyaknya mesin tetas yang dimiliki tergantung pada jumlah telur tetas yang akan ditetaskan. Di depan mesin setter dan hatcher darus dibuatkan saluran air tertutup sehingga air kotoran bisa mengalir pada waktu mencuci mesin setter maupun hatcher.
Suhu yang optimum untuk ruangan ini adalah 22ºC dengan kelembapan 50 – 60 %. Untuk memudahkan pekerjaan sebaiknya di depan setter dan hatcher harus ada jarak 3m antara dinding pemisah dan mesin bagian depan. Jarak ini berguna untuk sirkulasi udara. Selai itu, antara dinding mesin tetas bagian belakang dengan dinding bangunan juga harus diberi jarak sekitar 60cm. Untuk membersihkan atap mesin, antara atap mesin tetas dengan atap bangunan perlu diberi jarak 2.5m. Untuk kapasita 1000 telur tetas, kecepatan aliran udara pada ruang inkubator sebaiknya 57 m³ per jam sedangkan pada ruang mesin hatcher 370m³ per jam.
6.Ruang Penanganan Bibit
Pada ruang ini dilakukan aktivitas seleksi final stock,pemotongan paruh (untuk DOC), vaksinasi, packing (pengemasan) bibit ke dalam boks dan penyimpanan sementara. Di ruangan ini, ventilasi harus diperhatikan. Temperatur optimum di ruangan ini adalah 22ºC dengan kelembapan sekitar 60%.
7. Ruang Pencucian
Setelah telur menetas atau setelah transfer telur dari setter ke hatcher, banyak rak-rak dan tray bekas telur yang kotor dan harus dibersihkan. Selain dibersihkan dengan deterjen, penggunaan desinfektan sesudah barang-barang dicuci bersih sangatlah dianjurkan. Pencucian harus dilakukan dengan bersih agar tidak berakibat menurunnya daya tetas dan kesehatan bibit yang akan ditetaskan pada periode berikutnya.
8. Ruang Penyimpanan Material
Ruang ini selain sebagai tempat penyimpanan boks yang  belum dirakit, juga digunakan untuk menyimpan suku cadang mesin tetas.
9. Ruang Administrasi Penetasan
Penetasan yang besar memerlukan ruangan khusus untuk bagian adaministrasi yang meliputi pencatatan telur, final stock, dan baran-barang lainnya yang keluar-masuk serta untuk pengawas atau pimpinan penetasan.
10. Ruang Karyawan
Untuk menjaga sanitasi ruang penetasan, karyawan penetasan dilarang keluar masuk penetasan secara sembarangan pada sembarang waktu. Untuk itu ruang penetasan perlu dilengkapi dengan ruang makan, kamar kecil serta ruang istirahat.
Tabel. 3 Kebutuhan Luas Lantai Minimum Pada Ruang Penetasan
Dari beberapa jenis mesin setter dan hatcher dengan kapasitas tertentu (Tabel.4), calon pemilik penetasan dapat memperhitungkan ukuran ruangan yang harus dipersiapkan untuk menempatkan mesin tetasnya (beserta pengembangannya di kemudian hari sesuai dengan izin produksi yang dimilikinya).
Skema tata letak ruang penetasan dengan prinsip aliran udara dari tempat bersih mengalir ke tempat kotor
C. Pertumbuahan Embrio 
Pertumbuhan embrio ayam sesudah memasuki mesin tetas dapat digolongkan menjadi tiga periode :
Periode I
Pertumbuhan organ-organ dalam (umur 1-5 hari )
  • Hari ke-1 : Pembesara embrio
  • Hari ke-2 : Jantung mulai berdenyut, pembuluh darah mulai tampak, cairan amnion mulai tumbuh dengan fungsinya menjaga  calon embrrio dari goncangan, penguapan dan kehancuran.
  • Hari ke-3 : Paruh, kaki, sayap mulai terbentuk. Begitu pula allantois yang berfungsi untuk proses dan pengeluaran sisa-sisa metabolisme dari embrio
  • Hari ke-4 : Calon lidah mulai terbentuk
  • Hari ke-5 : Organ-organ reproduksi mulai dibentuk
Periode II
Pertumbuhan Jaringan luar
  • Hari ke-6 : Paruh mulai tumbuh
  • Hari ke-8 : Bulu mulai tumbuh
  • Hari ke-10 : Paruh mulai mengeras
  • Hari ke-13 : Kaki mulai tumbuh dan ukuran allantois mencapai maksimum
  • Hari ke-14 : Anggota tubuh embrio ayam telah lengkap
Periode III
Pertumbuhan  Embrio
  • Hari ke-15 : Kaki dan cakar mulai mengeras. Mulai umur 15-19 hari, usus mulai ada dan leher mulai mengarah ke depan
  • Hari ke-16 : Allantois lengkap menghilang
  • Hari ke-17 : Paruh menghadap ke ruang udara, cairan amnion mulai menghilang dan habis pada hari ke-19.
  • Hari ke-19 : Kuning telur masuk ke dalam perut embrio dan ruang udara dipecah oleh embrio dengan paruhnya.
  • Hari ke-20 : Kuning telur masuk semua kedalam perut embrio memenuhi seluruh telur, termasuk bagian ruang udara dan kulit telur menjadi retak.
  • Hari ke-21 : Anak ayam menetas
Gambar : Perkembangan embrio di dalam telur sejak telur dimasukkan ke dalam mesin tetas sampai dengan menetas
Dari berat telur kurang lebih 60 gram, perkembangan berat embrio mulai dari telur dimasukan ke mesin tetas sampai dengan hari ke-21 sebagai berikut :
  • Hari ke-5  : kurang lebih 0.5g
  • Hari ke-10 : kurang lebih 3g
  • Hari ke-15 : kurang lebih 12g
  • Hari ke-18 : kurang lebih 20g
  • Hari ke-21 : kurang lebih 40g
D. Penanganan Telur di Mesin Tetas dan Proses Penetasan
Faktor-faktor yang dapat mempengaruhi kesuksesan penetasan pada mesin tetas adalah temperatur, kelembapan, sirkulasi udara dan pemutaran telur.
1. Temperatur
Temperatur mesin setter/hatcher, selama anak ayam (umur 1 – 18 hari) berada di mesin tetas adalah 37,6ºC. Temperatur ruang mesin setter maupun hacther harus konstan dan dicek setiap jam. Suhu yang berfluktuasi akan menyebabkan kegagalan dalam proses penetasan. Kegagalan ini ditandai dengan banyaknya telur tetas yang tidak menetas. Kalaupun menetas, bulu final stock itu lengket oleh cairan omnium. Selain dapat menyebabkan banyaknya telur yang tidak menetas, temperatur yang terlalu tinggi ataupun terlalu rendah juga dapat mempengaruhi lamanya waktu tetas.
Tabel : 4. Pengaruh Suhu Terhadap Daya Tetas Telur Ayam
Dua masa paling kritis pada kehidupan embrio yang sedang ditetaskan terjadi pada umur 2 – 4 hari (24 – 96 jam) pertama dan pada 3 hari terakhir (pada saat final stock berusah memecah kulit telur). Oleh karena itu, waktu untuk peneropongan telur yang infertil (candling) dan transfer telur dari setter ke hatcher (saat telur berada di luas mesin tetas) yang dilakukan pada 3 hari terakhir, sebaiknya tidak lebih dari 30 menit. Selain itu, fumigasi di inkubator/setter sebaiknya tidak dilakukan pada hari ke-2 (24 jam pertama) hingga pada hari ke-4 (96 jam) dari saat telur dimasukan ke mesin tetas. Untuk mendapatkan hasil tetas yang tinggi, transfer telur dari setter ke hatcher dilakukan pada saat 5% telur tetas mulai retak.
Tabel 5. Hubungan Temperatur Dan Waktu Yang Dibutuhkan Telur Untuk Menetas
Suhu di dalam mesin setter dijaga agar selalu konstan. Untuk itu digunakan peralatan yang terdapat di dalam mesin tetas. Cara settingnya pun diatur sehingga kapasitas satu mesin tetas tidak dipenuhi sekaligus melainkan hanya 1/3 bagian pada setiap minggu. Hal ini berkaitan dengan pengeluaran dan penyerapan panas (telur yang berumur 4 hari atau lebih akan mengeluarkan panas sedangkan telur kurang dari 4 hari akan menyerap panas).
2. Kelembapan
Kelembapan di inkubator 52 – 55 % (setara dengan 28,9ºC – 29.4ºC pada bola basah thermometer), sedangkan kelembapan pada hatcher mula-mula 52 – 55%.  Apabila 1/3 dari jumlah telur di dalam mesin hacther telah retak, maka kelembapan dinaikan menjadi 70 – 75% (32.8ºC – 33.3ºC pada bola basah thermometer). Untuk mendapatkan data kelembapan di dalam mesin setter maupun hatcher, maka setiap saat kain kaos yang terdapat pada bola basah termometer harus dibersihkan. Agar kain kaos tidak mengeras karena kalsium, maka untuk mengecek termometer bola basah dipakai air murni atau air destilasi. Untuk itu, dapat dipakai air hujan atau aquadest supaya tidak terjadi gangguan kelembapan pada hatchery. Gangguan kelembapan ini dapat menyebabkan kegagalan pembukaan pintu hatcher pada saat telur mulai pecah kulit dan final stock mulai mengumpul.
3. Sirkulasi Ventilasi Udara Dengan Kipas Angin
Fungsi sirkulasi ventilasi udara pada mesin tetas adalah :
  • Mengirim oksigen ke dalam mesin tetas
  • Membuang atau mengalirkan CO2 ke luar mesin tetas sehingga kadarnya di dalam mesin tetas tidak lebih dari 0.5%. dan
  • Mendistribusikan panas secara merata.
Sirkulasi udara di dalam mesin setter dan stage pemasukan trolley
4. Pemutaran Telur
Selama telur tetas berada di dalam mesin setter atau inkubator, telur tetas harus diputar 90 derajat setiap jam untuk menjaga agar embrio tidak menempel pada salah satu sisi kulit telur. Arah pemutaran telur untuk semua rak yang ada di dalam mesin inkubator harus searah. Hal ini terutama penting untuk sirkulasi udara dari panas.
Pada mesin tetas buatan yang modern (memakai sistem digital), pengaturan temperatur, kelembapan, pemutaran telur dan sirkulasi udara tidak perlu dicek terus menerus dengan membuka pintu mesin tetapi cukup dengan melihat catatan yang dibuat secara otomatis pada panel kontrol mesin tetas.
E. Sanitasi di dalam Mesin Tetas
Sanitasi di dalam mesin tetas sangatlah penting. Sanitasi ini sangatlah berpengaruh terhadap daya tetas dan kualitas DOC maupun DOD. Selain kebersihan mesin tetas dijaga dengan cara mencuci bersih hatcher dan setter yang kosong, maka perlu juga dilakukan fumigasi di dalam mesin tetas.
Tabel 6. Fumigasi Di Dalam Mesin Tetas
F. Kegagalan Menetas dan Kemungkinan Penyebabnya
lihat……..disini
G. Pencatatan Data di Penetasan
Di penetasan, selain dicatat data-data yang menunjang produksi seperti temperatur, kelembapan dan pemutaran telur, juga perlu dicatat masukan yang dihabiskan serta pengeluaran yang dihasilkan oleh penetasan tersebut.
Contoh Catatan Untuk Mesin Tetas
Contoh Catatan Produksi
Demikianlah Tata Laksana Penetasan, besar harapan kiranya artikel ini dapat membantu para peternak pembibitan unggas lebih khusus pembibitan itik/ayam untuk lebih memahami proses penetasan yang lebih baik.
Sumber: Sudaryani Titik,Ir,Santosa Hari,Ir,Pembibitan Ayam Ras,Jakarta, Penebar Swadaya,2002

1 comment: